Alfan Fahrizal dikenal memiliki reputasi sebagai mahasiswa Prodi TBI (Tadris Bahasa Inggris) angkatan 2022 dengan prestasi prestisius. Sosok yang dikenal smart dan cool ini kerapkali meraih prestasi membanggakan dalam even nasional hingga internasional. Baru-baru ini, namanya terukir sebagai salah satu juara dalam ajang International Research in Japan Design International Competition di Jepang, awal bulan Juli ini.

Dalam beberapa kesempatan, penulis seringkali bertemu dengan Alfan. Ia memang bukan tipikal mahasiswa takabur (sombong). Justru ia adalah sosok yang merepresentasi dari agent of change, istilah yang kerapkali digunakan oleh Antonio Gramsci untuk mendeksripsikan figur yang membawa perubahan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam forum ilmiah yang dinisiasi oleh WD III FITK, Dr. Marno, M.Ag maupun media sosial Whatss’app seperti grup WA Mawapres, Alfan adalah sosok yang aktif untuk menggerakkan para mahasiswa berkarya dan berdiskusi dalam menghasilkan berbagai karya tulis ilmiah.

Keberhasilan yang diraih oleh Alfan tidak datang dengan tiba-tiba. Alfan selalu rajin dan membuka diri (open minds) untuk berdialog dan melakukan pendalaman pemikiran terhadap isu-isu maupun fenomena yang membuatnya tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah. Learning style yang dimilikinya sepertinya terinspirasi dari konsep atomic habits yang digagas James Clear yang menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten setiap hari ternyata memberikan dan membentuk ledakan besar serta berdampak pada kekuatan optimal dalam mengubah pola mindset dan perilaku keseharian Alfan menuju ke arah yang produktif dan optimal.

Alfan pun rajin berbagi ilmu dengan koleganya. Ia selalu berdiskusi dengan dosen maupun dengan mahasiswa lain, yang tidak hanya terkait dengan mata perkuliahan namun juga topik-topik yang memberikan wawasan aktual dan komprehensif. Ini yang membuatnya selalu termotivasi untuk berprestasi dan bersinar dari even satu ke even lainnya. Kebiasaan-kebiasaan positif yang dibangun oleh Alfan, terbukti memberikan perubahan besar tidak hanya dalam dia bersikap, namun juga dikonstruksi sebagai kultur akademik yang menyinari mahasiswa lain meraih prestasi yang setara atau bahkan lebih baik dari dirinya. Keberhasilan yang diraihnya ini tidak membuat dia lantas berpuas diri. Justru hal Itu membuat dirinya semakin “terbakar”. Alfan terpacu untuk memberikan kekuatan lebih dalam meraih prestasi yang lebih maksimal dan berkelanjutan.

Penulis: Angga Teguh Prastyo, M.Pd