IAID Ciamis Tertarik Model Hafalan Alquran UIN Malang
FITK NEWS – Gebrakan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang untuk mencetak generasi yang qurani kini menjadi inspirasi kampus lain untuk mengikutinya. Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis, Jawa Barat misalnya, pada Rabu (13/04) berkunjung ke Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk melakukan studi komparatif tentang bagaimana cara menghafal Alquran yang baik.
Salah satu perwakilan dosen IAID Ciamis yang ikut dalam studi komparatif Cecep Darul Iwan, M.Pd.I mengatakan jika pihaknya sangat tertarik dengan kebiasaan menghafal Alquran di UIN Malang. Untuk itu, pihaknya mengajak puluhan mahasiswanya guna mencari ilmu cara yang efektif menghafal Alquran. ”Kami bercita-cita mahasiswa di kampus kami juga bisa menghafal Alquran seperti di kampus Ulul Albab ini,” harapnya.
Menanggapi keinginan tersebut, Kajur PAI Dr. Marno, M.Ag menerangkan jika banyak mahasiswanya yang sudah menghafalkan Alquran, mulai 1 juz sampai 30 juz. Lebih lanjut dikatakan jika mereka dibina oleh Haiah tahfidz Alquran (HTQ). Di HTQ sudah ada guru (ustadz) yang siap menyimak dan mentashih hafalan mahasiswanya. ”Mahasiswa yang punya keinginan hafalan Alquran, HTQ selalu siap membimbing,” jelasnya.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FITK, Dr. H. Moh. Fadil, M.Pd.I yang juga ikut menyambut rombongan mahasiswa IAID Ciamis dalam sambutannya menegaskan jika kebiasaan hafalan Alquran ini harus terus dilestarikan demi melahirkan generasi yang qurani.
Related Posts
Recent Posts
- Penelitian Kolaboratif Internasional FITK dan FPI Universiti Kebangsaan Malaysia Semakin Intensif
- Expert Talk ICP Memperkuat Kepakaran dan Keilmuan Dosen FITK
- Alfan Fahrizal Bawa Prodi TBI Bersinar dalam Ajang Internasional di Tokyo
- International Student Travel Grant Unit ICP Persiapkan Mahasiswa FITK Miliki Jaringan Riset dan Afiliasi Internasional
- Prof. Nur Ali: “Perda Pesantren Miliki Fungsi Strategis sebagai Alat Kontrol Evaluasi dan Regulasi, Tak Sekedar Deteksi Dini Radikalisme”