Mengajar dengan Jiwa Guru
Mengajar sangat bergantung pada hati seorang guru dalam mencintai pekerjaannya, seperti pada sebuah ungkapan arab “Ruuhul Mudarris Ahammu min Al Thariqah wa Al Maaddah”. Sedalam apapun penguasaan materi dan sebaik apapun metode yang digunakan tetapi jika seorang guru tidak memiliki jiwa mengajar maka penguasaan
Mengajar dengan Jiwa Guru
Oleh Dina Maslahah (Mahasiswa PBA Angktan 2016)
Mengajar sangat bergantung pada hati seorang guru dalam mencintai pekerjaannya, seperti pada sebuah ungkapan arab “Ruuhul Mudarris Ahammu min Al Thariqah wa Al Maaddah”. Sedalam apapun penguasaan materi dan sebaik apapun metode yang digunakan tetapi jika seorang guru tidak memiliki jiwa mengajar maka penguasaan materi dan metode tersebut tidak akan ada gunanya. Hati nurani seorang guru inilah yang menjadi dasar seorang guru dalam melakukan kegiatannya, karena hati menunjukkan keikhlasan.
Dr. H. Ahmad Ubaedi Fathudin, M.A dalam tulisannya yang berjudul Model Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Pendidikan memaparkan bahwa tugas terberat guru dalam pembelajaran bahasa Arab adalah memunculkan dan memelihara minat belajar peserta didik, karena jika minat belajar peserta didik berkurang dan proses pembelajaran tidak kondusif, guru yang memiliki kompeten tinggi dan fasilitas yang sangat mendukung pun tidak akan memberikan manfaat apapun.
Seperti pada ungkapan “At Thaalibu yafhamu Al Lughoh walaakinna laa yastathii’ Istikhdaam Al Lughoh“, yang mengandung makna bahwa belajar bahasa hanyalah sekedar mata pelajaran yang diajarkan guru kepada peserta didik, akhirnya peserta didik hanya tahu bahasa tetapi tidak bisa menggunakan bahasa.
“Guru yang menguasai materi, memiliki metode yang sesuai, dan bisa memotivasi peserta didik sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran”. Pemahaman di atas, bukan berarti guru merupakan sosok segala-galanya dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga sama pentingnya dalam proses pembelajaran. Tetapi, guru juga harus mampu melihat lebih jauh lagi bahwa mengajar bukan hanya persoalan teknik dan profesi. Jiwa seorang guru jauh lebih penting. Jadi, mulailah dari hati, mendidik dari hati, agar perintah dipandang sebagai pelita.
Tulisan ini telah dimuat di:
https://www.kompasiana.com/dinamaslahah7871/5d72251e0d82301c 3d3fb0a2/mengajar-dengan-jiwa-seorang-guru
Recent Posts
- Desiminasi Magang PBA: Potret Kreativitas Mahasiswa PBA 2021
- Luar Biasa, Tingkat Kelulusan PPG Daljab Batch 1 Tahun 2024 LPTK UIN Malang Capai 98,3 Persen
- Mahasiswa FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Adu Kreativitas di Lomba Esai, Kritisi Dunia Pendidikan yang Makin Canggih!
- FITK Gelar Review RPP Kurikulum Prodi dengan Pendekatan OBS Adaptasi dari Permendikbud No. 53 Tahun 2023
- Membangun Sikap Kenegarawanan Pengurus OMIK FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang