Akar radikalisme dapat diputus dengan penguatan narasi moderasi beragama yang dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Ini merupakan salah satu poin utama yang disampaikan oleh Dosen FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sekaligus juga Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya, Muhammad Yahya, Ph.D.

Hal ini disampaikan Muhammad Yahya, Ph.D dalam sambutan membuka kegiatan Kajian Literacy Enrichment on Religious Moderation dengan mendatangkan Cendekiawan Muslim Indonesia KH. Ulil Abshar Abdalla. Turut mendampingi hadir pula Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA dan Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya, Muhammad Yahya, Ph.D. Kegiatan dilangsungkan pada Selasa 11 Juli 2023 dengan mengambil tempat di Aula Micro Teaching Lt.2 Gedung Center of Laboratorium FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Menurut Dosen yang akrab disapa dengan Pak Yahya tersebut, Melihat Gus Ulil serasa melihat kitabnya imam Al Ghazali. Diucapkan terima kasih kepada Gus Ulil yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pencerahan kepada kita semua mengenai literasi moderasi beragama. Hal ini dikarenakan mengingatkan tiga hal apabila dia bertemu, maka akan menjadikan radikal dalam beragama kita. Pertama adalah kebutuhan kedua adalah narasi dan yang ketiga adalah jaringan atau network. Kebutuhan atau narasi apabila bertemu narasi, maka akan menjadikan radikalisme orang semakin menjadi. Keinginan kita hari ini adalah membikin narasi baru, dan menguatkan narasi religius moderation. Karena kita berkeinginan memutus need (kebutuhan) dengan narasi. Network pun kita putus dengan narasi moderasi beragama.

Penulis: Angga Teguh Prastyo, Dosen FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang