Mengelola dan mengembangkan kualitas umat Islam di negara Jepang menjadi salah satu tantangan aktual PCI NU Jepang. Melihat hal tesebut, Ketua Prodi PPG, Prof. Dr. Samsul Ulum, MA, Dosen Prodi MPI, Angga Teguh Prastyo, M, Pd dan Dosen Prodi PAI, Abu Bakar, M.Pd pada bulan Juli yang lalu berkesempatan meneliti perkembangan Islam sekaligus melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Jepang khususnya yang terkait dengan keberadaan para mualaf serta para warga Indonesia yang menetap dan mampu memberikan kontribusi penting dalam pengembangan ekonomi maupun sosial keagamaan di negara matahari terbit tersebut. 

Ketua PCI NU Jepang, Ahmad Gazali, PhD menyambut positif serta memberikan dukungan penuh atas kegiatan penelitian dosen FITK tersebut. Tokoh kharismatik MWCI NU Shizuoka yang dijuluki “Pakunya Shizuoka”, Kyai Bambang Harianto, pun menilai perlu ada keberlanjutan penelitian sehingga dapat memberikan kontribusi keilmuan khususnya bagi para mualaf yang seringkali mengalami dilema dalam persoalan relasi Islam, keluarga dan tempat kerja. 

Penelitian selama 10 hari pada pertengahan hingga akhir Juli 2024 tersebut, memberikan satu kesimpulan penting bahwa perkembangan umat Islam di Jepang di samping dihadapkan dengan pengembangan karakter muslim mualaf yang lebih humanis dan mampu beradaptasi dengan budaya Jepang, di sisi lain mereka juga dituntut merepresentasikan diri sebagai duta Islam yang dituntut mampu membawa nilai-nilai Islam sebagai agama yang moderat, bersahabat dan mampu beradaptasi dan bekerja sama dengan umat beragama lain di Jepang. Ini menjadi satu realitas yang harus dipenuhi oleh semua umat Islam di Jepang sehingga keberadaan dan Citra Islam di negara Jepang tersebut menjadi lebih kuat positif.

PCI NU Jepang beserta MWCI NU di Jepang seperti MWCI NU Fukuoka, MWCI NU Osaka, MWCI NU Shizuoka, MWCI NU Koga, hingga MWCI NU Hokkaido gencar melaksanakan kegiatan dakwah dan penguatan kapasitas keilmuan dan life skill warga muslim Jepang dengan berbagai kegiatan keagamaan dan kemanusiaan yang variatif. Hal tersebut dinilai mampu membantu pemerintah Jepang untuk mengelola toleransi, kerjasama dan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama baik dari dalam maupun luar negeri. 

Dalam kesempatan itu, para peneliti FITK berkolaborasi dengan PCI NU Jepang meneliti pusat-pusat Islam maupun tempat-tempat pemberdayaan para mualaf yang tersebar di beberapa kota antara lain: Tokyo, Koga, Shizuoka, Kyoto hingga Osaka. Di tengah masih minimnya fasilitas keagamaan maupun tokoh-tokoh agama Islam yang mampu menjembatani komunikasi dan membelajarkan agama Islam bagi umat Islam yang asli Jepang, ternyata tidak mengurangi semangat bahkan militansi mereka yang justru semakin kuat dari hari ke hari. Bahkan, Umat muslim Jepang asli merupakan salah contoh dari mualaf yang memiliki keteguhan Iman serta mampu beradaptasi dengan situasi kerja yang kadangkala belum mengakomodasi waktu untuk salat dan aktivitas keagamaan lainnya selama di tempat kerja tersebut. Bagaimanapun, ternyata Umat Islam Jepang tetap konsisten dan istiqomah untuk mengamalkan ajaran Islam meski memiliki banyak kesulitan di tempat umum, tempat kerja maupun dalam berbagai macam kehidupan lainnya. Satu contoh yang nyata, bahwa dengan memegang teguh ajaran Islam, meski di negeri orang sekalipun, ternyata akan memberikan keberkahan dan kemudahan bagi penganutnya.

Penulis: Angga Teguh Prastyo, M.Pd