Waktu terus berputar tanpa sadar. Bergerak tanpa lelah mengikuti arah. Berkejaran tanpa henti menyelimuti ruang diri. Seperti itulah kehidupan dunia ini, dibatasi oleh waktu yang berarti bahwa kerusakan pasti akan terjadi. Sehingga layaknya orang yang mencari

Pondok Pesantren Cerminan Kehidupan Dunia

Oleh Catur Nurul Azizah (Mahasiswa PBA Angkatan 2016)

 

Waktu terus berputar tanpa sadar. Bergerak tanpa lelah mengikuti arah. Berkejaran tanpa henti menyelimuti ruang diri. Seperti itulah kehidupan dunia ini, dibatasi oleh waktu yang berarti bahwa kerusakan pasti akan terjadi. Sehingga layaknya orang yang mencari bekal untuk kehidupan di kemudian nanti.

Pondok pesantren Al Bahjah adalah tempat praktik kerja lapanganku yang memberikan banyak pelajaran bagi kehidupan. Pasalnya di pondok pesantren ini banyak hal berbeda yang tidak ditemukan di pondok lain pada umumnya. Misalnya saja dari segi pakaian yang mengharuskan santri putra maupun putri untuk mengenakan jubah atau baju terusan dalam kesehariannya. Selain itu aturan-aturan ketatyangsangat mengaplikasikanajaranIslam.

Ciri khas pondok pesantren ini timbul salah satunya diakibatkan karena berkiblat pada kebiasaan dan ajaran dari Yaman. Hal ini tidak bisa dipungkiri guru besar pendiri yayasan Al Bahjah yang merupakan lulusan Al Ahqof Yaman. Keagungan akhlak dan kedalaman spiritual para santri menjadi alasan utama untuk tetap tinggal di tempat suci itu.

Tepat pukul tiga dini hari, semua santri bergegas memulai kegiatannya dengan mengambil alat mandi dan baju ganti agar tidak antre di kamar mandi. Untuk menyiasati antrean panjang, sebagian dari mereka rela untuk bangun jam dua pagi demi membersihkan diri sebelum bercengkerama dengan Sang Illahi. Walaupun diaduk dengan rasa kantuk tetapi mereka memaksakan diri karena menyadari akan hakikat hidup di dunia ini.

Salat tahajud dilaksanakan ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga, langkah demi langkah mereka injakan untuk menaiki tangga menuju aula tempat salat. Dan salat tahajud pun mereka lakukan dengan penuh kekhusuan di samping berdoa untuk diri, keluarga dan gurunya. Sebelum menginjak ke kegiatan selanjutnya para santri membaca wirdul fatih dan surat al waqiah yang sudah menjadi asupan rohani setiap hari. Di momen inilah mereka diuji agar tidak mengantuk karena barang siapa yang mengantuk maka ia akan terkena semprotan dari pengurus bagian ubudiyah.

Sobahul Lughoh adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah salat tahajud yang dipandu oleh kami sebagai tim Praktik Kerja Lapangan. Bentuk kegiatannya adalah pemberian kosakata baru diiringi dengan nyanyian untuk menumbuhkan rasa cinta pada Bahasa Arab. Pemilihan waktu di pagi hari menjadi pilihan tepat karenapikiran dan jasmani mereka yang masih segar.

Sebelum azan subuh berkumandang, semua santri sudah siap dengan mukena dan Al Qurannya untuk menunaikan salat secara berjamaah. Sambil menunggu ikamah mereka melaksanakan salat fajar dan membaca doanya. ketika Iqamah berlangsung, mereka siap untuk berdiri dan merapikan barisan sampai tidak ada sekat sedikit pun satu dengan lainnya. Satu hal yang tidak kutemukan di pondok pesantren lain ketika salat yaitu sebagian dari para santri membawa Al Quran agar bisa mengikuti bacaan surat Al Quran ketika imam membacakan.

hari                                     ayat suci

Pembacaan wirdul lathif setelah sholat melatih para santri agar selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan dan membiasakannya untuk mengawali hari dengan berzikir. Setelah itu dilanjut dengan kegiatan muroja‟ah yaitu mengulang-ngulang kembali hafalan  Al Quran mereka yang telah disetorkan di siang hari.

Mengawali hari dengan asupan ayat suci Al-Qura‟n membuatnya semangat untuk menjalani berbagai macam aktivitas di pondok. Sehingga sebelum berangkat ke kelas mereka wajib untuk menunaikan salat dhuha, selain itu juga sarapan pagi kecuali untuk orang yang berpuasa. Uniknya setiap jadwal makan mereka membentuk kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang. Dan setiap kelompok harus menghabiskan makanannya karena santri yang tidakmau makan, maka harusmencucinampan tersebut.

Pembelajaran di kelas dimulai dari pukul tujuh sampai waktu dzuhur. lalu dilanjutkan dengan tahfidz sampai salat ashar. Kegiatan tahfidz yaitu menyetorkan hafalan yang sudah mereka hafal atau menyetorkan bacaan untuk diperbaiki oleh ustadzah bagi mereka yang pra tahfidz. Lalu dilanjutkan dengan masaul lughoh yang diisi oleh kami. Yaitu kegiatan untuk melatih kemampuan berbicara dengan mempraktikkan ilmu yang telah mereka dapat di pagi hari dan di dalam kelas.

Setiap salat fardu mereka tunaikan secara berjamaah, begitu juga dengan salat magrib dan isya. Dan disela kedua salat itu terdapat pembacaan rotibul hadad. Kegiatan selanjutnya yaitu pembelajaran kitab berbahasa arab. Dengan kitab yang berbeda beda dalam setiap harinya dan begitu juga ustadzah yang mengajarnya. Hal berbeda yang ditemukan yaitu harus mengenakan jubah dan kerudung hitam ketika pembelajaran di luar kelas

Kegiatan akhir sebelum pergi ke ranjang masing-masing yaitu peminatan bahasa arab. Setiap santri wajib memilih salah satu peminatan sesuai dengan bakat atau keinginannya. Di antara peminatan itu adalah khitobah, kaligrafi, taqdimul qishoh, syiir A‟robi dan MC. Mereka dilatih untuk mengembangkannya oleh tim PKL sesuai bidangnya masing masing.

Lalu mereka bersiap siap untuk tidur dengan membersihkan kamar dan mengganti baju dan berwudu dan terakhir membaca doa sebelum tidur bersama sama. Begitulah kegiatan pondok pesantren Al Bahjah yang sangat padat sehingga wajar saja di sela-sela kegiatannya terdapat beberapa para santri yang mengantuk. Akan tetapi setiap kegiatannya dihitung sebagai amal ibadah karena bertujuan untuk mendekatkan diri dan meraih Ridho-Nya.

Pondok pesantren menjadi tempat penggemblengan akidah dan syariat sebelum menghadapi dunia luar. Di tempat ini mereka diajarkan berbagai hal baik ilmu agama, ilmiah maupun sosial. Dan yang paling utama adalah pembentukan generasi yang ber-akhlakul karimah seperti yang diajarkan nabi. Karena memang hakikat hidup ini hanya sebentar dan untuk mengabdikan diri pada Sang Maha Pencipta.

Maka pola pikirku berubah setelah memasuki pondok pesantren ini. Sebelumnya aku berasumsi bahwa tinggal di pondok pesantren bukanlah pola kehidupan sebenarnya di dunia karena diatur dan di bawah aturan-aturan tertentu yang terikat. Akan tetapi sekarang aku sadar bahwa pondok pesantrenlah cerminan kehidupan dunia. Karena segala bentuk kegiatan yang dilakukan berorientasi karena Allah semata walaupun tidak banyak tantangan untuk berbuat maksiat dibandingkan dengan dunia luar.