Sebuah Proses Menjadi Seorang Pendidik Sejati

Tepat tanggal 29 Juli 2019 adalah waktu di mana hampir semua mahasiswa semester enam FITK UIN MALIKI  Malang memulai kegiatan PKL alias Praktik Kerja Lapangan di sekolah yang telah ditentukan pihak fakultas. Pada saat itu saya berkesempatan melaksanakan PKL di MTs Al-Hayatul Islamiyah Kedungkandang Kota

Sebuah Proses Menjadi Seorang Pendidik Sejati

Oleh Hasanul Mutawakkilin (Mahasiswa PBA Angkatan 2016)

 

Tepat tanggal 29 Juli 2019 adalah waktu di mana hampir semua mahasiswa semester enam FITK UIN MALIKI  Malang memulai kegiatan PKL alias Praktik Kerja Lapangan di sekolah yang telah ditentukan pihak fakultas. Pada saat itu saya berkesempatan melaksanakan PKL di MTs Al-Hayatul Islamiyah Kedungkandang Kota Malang. Saya cukup bersyukur ditempatkan di sekolah tersebut karena jarak yang tidak terlalu jauh dari kampus tercinta dan masih dalam kawasan Kota Malang. Tentunya saya tidak sendiri, saya ditemani empat mahasiswa yang sejurusan Pendidikan Bahasa Arab, dua mahasiswa Pendidikan Agama Islam, empat mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial dan satu mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

Dua bulan bukanlah waktu yang singkat, tentunya banyak sekali kisah-kisah unik yang terjadi selama kami melaksanakan PKL di sekolah MTs Al-Hayatul Islamiyah Kedungkandang Kota Malang yang sangat terkenang bagi kami, mulai dari kisah suka dan duka hingga kisah asmara. Praktik Kerja Lapangan adalah sebuah kesempatan bagi para mahasiswa untuk mampu mengimplementasikan berbagai ilmu yang telah mereka dapatkan selama enam semester dan ajang untuk mencari pengalaman sebanyak mungkin guna persiapan diri seusai lulus dari masa perkuliahan. Hal tersebut tentunya tidak saya sia-siakan, saya benar- benar mempersiapkan apa saja yang berkaitan dengan kegiatan belajar sebelum kegiatan KBM dimulai supaya ketika

mengajar tidak merasa gugup dan memberikan hasil terbaik bagi para peserta didik.

Kami sebagai mahasiswa PKL juga dituntut untuk membuat RPP baru yang di dalamnya juga dicantumkan metode dan media pembelajaran yang cocok dengan materi yang telah ditetapkan sehingga selama mengajar kami mempunyai pegangan agar proses pembelajaran tidak mengalami sebuah keganjilan. Program semester dan program tahunan yang sebelumnya asing bagi kami juga dituntut oleh guru pamong untuk menyelesaikannya. Dengan sedikit usaha dan kerja keras kami akhirnya berakhir menyelesaikannya lewat bimbingan guru pamong kami.

Beberapa hari saya masuk di sekolah, ada beberapa hal yang cukup membuat saya terkejut di sekolah ini adalah pertama. Kurangnya rasa disiplin yang seharusnya diajarkan oleh seorang guru kepada para siswa seperti kurang tegasnya hukuman bagi para siswa yang telat masuk ke dalam kelas dan para siswa kebiasaan membersihkan kelas ketika jam pertama telah dimulai sehingga menyebabkan waktu proses pembelajaran pada jam pertama habis hanya untuk membersihkan kelas dan baru bisa dimulai pada jam kedua yang seharusnya dimulai pada jam pertama dan hal tersebut membuat proses pembelajaran menjadi sangat tidak efektif karena berkurang waktu yang sangat banyak. Kedua, Kurangnya akhlak siswa kepada seorang guru. Pertama saya masuk di kelas, saya sudah merasakan kesan yang buruk, bagaimana tidak? Ada beberapa siswa yang mencemooh guru yang sedang mengajar dan mengumpat sesuka

hati mereka. sangat miris memang, dan hal tersebut tidak saya jumpai satu atau dua kali namun sudah berkali-kali. Ada juga beberapa siswa yang mengangkat kakinya ke atas kursi seakan-akan keberadaan guru yang sedang mengajar tidak dianggap oleh mereka.

Peserta didik bisa memahami sebuah materi yang disampaikan oleh seorang pendidik bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter pemahaman siswa dan juga harus didukung dengan media pembelajaran yang mampu membuat siswa tidak merasa jenuh selama pembelajaran berlangsung. Namun yang harus disadari oleh seorang pendidik adalah bahwasanya tidak semua siswa paham  akan materi yang disampaikan, sebaik apa pun metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan selama proses pembelajaran pasti ada satu atau dua siswa yang tidak mampu memahami materi dengan baik dan yang perlu ditekankan kepada para seorang pendidik adalah mereka tidak perlu untuk memaksa siswa tersebut untuk memahami materi karena setiap siswa mempunyai kadar pemahaman dan kapasitas otak yang berbeda-beda. Hal yang perlu dilakukan adalah mencoba metode dan media yang bervariasi karena hal tersebut mampu mengasah otak mereka sehingga kemampuan mereka dalam memahami sebuah materi akan meningkat.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di MTs Al-Hayatul Islamiyah Kedungkandang Kota Malang dilaksanakan setiap hari mulai pukul

07.00 hingga pukul 13.45. masing-masing dari kami mempunyai jadwal mengajar yang berbeda, ada yang mengajar setiap hari,

dua kali dalam seminggu bahkan ada yang satu kali dalam seminggu. Jika tidak mempunyai jadwal mengajar kami harus stand by di kantor TU untuk membantu kegiatan administrasi sekolah. Kebetulan saya diberikan jadwal mengajar 2 kali dalam seminggu yaitu pada jam pertama dan kedua hari Senin di kelas VIII-B dan jam pertama dan kedua hari kamis di kelas VIII-A.

setiap kelas mempunyai karakter siswa yang berbeda-beda, kesan saya di kelas VIII-B para siswanya mempunyai karakter yang mudah dikondisikan selama kegiatan KBM berlangsung, mereka mudah untuk diajak diskusi mengenai materi yang diajarkan, serta tidak mempunyai banyak tingkah sehingga mampu selalu fokus dalam memerhatikan guru yang sedang menyampaikan materi. Para guru tetap dan mahasiswa PKL selalu merasa betah mengajar di kelas ini karena karakter siswanya yang selalu mampu terkondisikan dengan baik. Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di kelas VIII-A, para siswanya sulit untuk dikondisikan , hampir selama proses pembelajaran berlangsung mereka selalu ramai sehingga butuh tenaga yang ekstra untuk mengajar di kelas ini. Selain itu metode dan media yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh seorang guru selalu tidak efektif karena karakter siswanya yang sulit untuk dikondisikan. Beberapa dari mahasiswa PKL sempat meluapkan emosi mereka di kelas ini namun tetap tidak sampai melewati batas. Hal tersebut perlu untuk dilakukan karena jika mereka tidak sadar bahwa kelakuan mereka itu akan membuat rugi diri mereka sendiri dan saya yakin mereka akan menjadi siswa yang pintar dan cerdas jika mampu mengondisikan diri mereka sendiri.

Saya cukup salut dengan kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah yang selalu istiqomah dilaksanakan setiap hari. Para guru tidak pernah bosan untuk mengingatkan para siswa agar mengikuti kegiatan ini walaupun dapat ditemukan beberapa siswa yang kabur pada saat Shalat Dhuha dilaksanakan. Ada kisah unik yang terjadi pada salah satu teman kami yang juga mahasiswa PKL, pada saat Shalat Dhuha hendak dilaksanakan ada beberapa siswa kelas IX yang kabur dari sekolah menuju salah satu tempat persembunyian mereka. Pada saat mereka sedang asyik merokok tiba-tiba teman saya memergoki mereka yang kemudian diikuti oleh salah satu guru keamanan sekolah sehingga otomatis mereka langsung mendapatkan hukuman dari sekolah. Apesnya pada hari itu juga mereka langsung dihukum oleh guru keamanan sekolah dan seusai dihukum oleh guru keamanan, mereka langsung mendatangi teman saya yang pada saat itu sedang mengajar dengan mendobrak pintu kelas, tiba-tiba dengan suara lantang mereka mengajak bertengkar teman saya di luar sekolah. Ajakan tersebut tentunya tidak digubris olehnya karena sadar bahwa yang mereka lakukan ini didasari oleh rasa emosi yang tinggi seusai mendapatkan hukuman. Hal yang sangat saya sesalkan dari kejadian ini adalah kurangnya akhlak mereka kepada seorang guru dan hal seperti ini tidak terjadi sekali saja, mereka sering memperlakukan guru mereka layaknya teman mereka sendiri sehingga rasa hormat kepada seorang guru sangat tidak terasa di dalam jiwa mereka. seharusnya mereka sadar bahwa letak kemanfaatan ilmu terletak pada keridhoan seorang guru.

Hal yang perlu ditekankan oleh siswa adalah aspek penilaian seorang guru tidak hanya terpaku pada nilai ulangan saja, tetapi ada tiga aspek penilaian yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Jika terdapat siswa mempunyai kecerdasan di atas rata-rata namun mempunyai akhlak yang kurang baik, maka seorang guru tidak segan untuk memberikan nilai yang sangat jelek kepadanya, apalagi jika terdapat siswa yang bisa dikatakan kurang dalam hal kecerdasan dan kurang mempunyai akhlak maka saya sebagai seorang guru tidak akan segan-segan untuk mengeluarkannya dari sekolah. Ilmu yang rendah tetapi mempunyai akhlak yang tinggi akan lebih membuat orang menjadi derajat yang tinggi di sisi Allah SWT daripada mempunyai ilmu yang tinggi tetapi tidak mempunyai adab dalam dirinya.

Related posts

Belajar Bahasa Arab Sambil Menghafal Nadzom

by adminfitk
5 years ago

Antara Fushah dan Amiyah

by adminfitk
5 years ago

Menempuh Pendidikan di Kota Apel

by adminfitk
5 years ago
Exit mobile version