Tamparan Lingkungan

Ketika matahari mulai menyembunyikan sinarnya, kubereskan barang-barang yang akan menemaniku dua bulan ke depan. Lalu aku mengecek kembali isi dua tas besar itu agar tak ada barangyang tertinggal. Setelah semuanya sudah siap diberangkatkan, waktu mengagetkanku dengan jarum jam yang menunjukkan 03.30. Spontan aku

Tamparan Lingkungan

Oleh Catur Nurul Azizah (Mahasiswa PBA Angkatan 2016)

 

Ketika matahari mulai menyembunyikan sinarnya, kubereskan barang-barang yang akan menemaniku dua bulan ke depan. Lalu aku mengecek kembali isi dua tas besar itu agar tak ada barangyang tertinggal. Setelah semuanya sudah siap diberangkatkan, waktu mengagetkanku dengan jarum jam yang menunjukkan 03.30. Spontan aku meminta teman mengantarkanku ke kampus untuk berkumpul bersama kelompok sebelum pergi ke stasiun. Dan langkahan kaki yang bersemangat itu menjadi awal cerita pengalaman yang sangat berkesan.

Tujuan praktik kerja lapanganku adalah Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon, tepatnya di SMPIQu dan SMAIQu Al Bahjah Cirebon. Di pondok pesantren ini aku bersama kelompok bukan hanya mengajar di lembaga formal, akan tetapi diamanahi untuk mengembangkan Bahasa Arab di lingkungan pesantren khususnya keterampilan berbicara. Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah hari, sampailah di kota Cirebon yang cukup terkenal dengan udara panasnya .Kelompokku yang terdiri enam putra tujuh putri disambut di stasiun oleh para ustadz yang siap mengantarkan menuju tempat yang mulia itu.

Saat memasukiwilayah pondok pesantren, tentunya santri putra dengan putri dipisahkan dari berbagai segi kecuali pada saat acaratertentudanmenggunakanpenghalang. Tepatnya ketika diturunkan didepan pintu gerbangsantri putri, ustadzah langsung menyambut, dan memperkenalkan dirinya karena menjadi pembimbingku selama tinggal dan mengajar. Beliaulah yang mengarahkanku peraturan yang sangat berbeda dengan pondok pada umumnya. Aku sangat bersyukur bisa diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di pondok ini. Pasalnya selain kita mengajar, kita juga bisa belajar bareng bersama pengasuh utamanya yaitu Buya Yahya. Danmasih banyak lagi pelajaran yangkuambil, terutamadari kebiasaan mereka yang telah menamparku untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik

Lingkungan yang baik akan timbul dari kebiasaan yang baik. Para santri telah terdidik dengan kebiasaan-kebiasaan baik sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Maka lingkungan pesantren ini menjadi cerminan bagiku betapa jauhnya diriku dari kebiasaan yang telah Nabi ajarkan. Setelah kurang lebih hampir satu bulan aku tinggal disini terdapat beberapa kebiasaan yang menjadi tamparan bagiku untuk kembali ke jalan-Nya setelah sekian lama berbelok arus. Akan aku paparkan menjadi beberapa poin..

Pertama, shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Malam Jumat menjadi malam yang dinanti nanti para santri. Semangat mereka dalam bershalawat diawali dengan mempercantik diri berdandan dengan bercela dan diperbolehkan menggunakan kerudung pashmina. Sebelum acara maulidan dimulai mereka sudah berburu untuk duduk paling depan agar mendapatkan keberkahan. Dan ketika acara maulidan berlangsung aku dikagetkan dengan semangat para santri dalam bershalawat melebihi hebohnya acara konser musik pada umumnya. Ma syaa Allah inilah memang ajaran Islam yang seharusnya diterapkan, yaitu memperbanyak shalawat dan menjadikan Nabi menjadi suri teladan dalam menjalani kehidupan. Ini menjadi teguran bagiku yang belum bisa menjadikan nabi sebagai panutan utama dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan nanti. Melihatparasantriyangselalu bershalawat, bahkanmenjadikannya sebagai penyemangat di setiap waktu dan kegiatan. Hal ini menyadarkanku akan pentingnya bershalawat karena Alloh dan malaikat saja bershalawat kepada Nya apalah dayaku yang tak punya kekuatan kecuali kekuatan dari Nya, maka mahabbah kepada rasul Nya dengan bershalawat menjadi pintu untuk mahabbah kepada Nya.

Kedua tentang kemuliaan seorang wanita. Ada peribahasa yang mengatakan Sebaik baiknya perhiasan adalah wanita Sholihah. Wanita yang memiliki adab yang baik, horizontal maupun vertikal. Di pondok pesantren ini kemuliaan seorang wanita sangat dijaga dari dzohirnya sampai batinnya. Yang menjadi tamparan bagiku adalah ketika mereka menjaga auratnya dihadapan lawan jenisnya. Mereka benar-benar menutup auratnya dimulai dari kerudung yang minimal sampai siku, wajah yang harus tertutup, harus memakai kaos kaki dan dalaman kerudung. Tentunya yang paling menarik adalah mereka selalu menjaga pandangan untuk menjaga kemuliaannya. Berbeda dengan kehidupanku yang sudah sering berinteraksi dengan lawan jenis, dan sering memfokuskan pandangan pada pembicara sehingga tak ada kata menjaga pandangan.

Ketigaadab kepada seorangguru. Sungguh akhlak santri pondok ini harus diapresiasi. Beberapa bentuk akhlak mereka diantarainya, Setiap bertemu dengan gurunya mereka mencium tangan dan menyapanya. Lalu mengantarkan makanan ke kamar, membersihkan kamarustadzah, menjagaperkataan dan sikapnya, menyediakan

makanan khusus ketika ada acara. Dan yang paling berbeda adalah ketikapembelajaranberlangsungwalaupun beberapa dari mereka ada yang tidur karena padatnya kegiatan belajar, tetapi mereka tetap berusaha untuk bangun dan menjaga adabnya ketika dibangunkan oleh guru. Yang paling terpenting adalah mereka mendoakan gurunya setiap salat lima waktu. Tentunya ini menjadi teguran bagiku karena adab terhadap guru masih sangat kurang dan sering lupa untuk mendoakan mereka.

Dan yang terakhir adalah kerapian dalam barisan shalat. Ini sering terlupakan ketika salat khususnya aku sendiri ketika salat berjamaah. Di pondok pesantren ini kerapian barisan shalat sangat diperhatikan, tidak boleh ada jarak antara samping temannya. Jadi ketika ada celah sedikit pun walaupun salat sudah berlangsung, itu harus bergeser. Aku sendiri sering menyepelekan hal ini karena sudah menjadi kebiasaan yang susah dibenarkan kecuali setelah mendapat teguran. Sebenarnya masih banyak kebiasaanku yang harus diluruskan kembali setelah memasuki pondok ini. Namun tak bisa kuceritakan semua kebiasaan di pondok ini untuk kesempatan kali ini. Cukup sampai disini cerita pondok pesantren Al bahjah ini. Semoga dapat menjadi wasilah untuk mendapatkan hidayah dari Nya agar bisa lebih dekat dengan-Nya.

Related posts

Perlukah Metode Pembelajaran Bahasa Arab Mengikuti Arus Perkembangan Zaman?

by adminfitk
5 years ago

Antara Bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf

by adminfitk
5 years ago

Belajar Bahasa Arab Sambil Menghafal Nadzom

by adminfitk
5 years ago
Exit mobile version