Menuangkan ide segar melalui tulisan beraksara Inggris terkadang tidaklah se-enteng meneguk nikmatnya secangkir kopi di pagi hari. Meski memiliki persamaan dengan bahasa ibu, kendala masih kerap dijumpai saat menuliskan gagasan berbahasa asing.

Setelah sukses menyelenggarakan kursus Test of English Foreign Language (TOEFL) bagi mahasiswa di tahun 2015, kini International Class Program (ICP) memacu produktivitas tulisan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melalui sekolah Academic Writing.

Dekan FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. H. Nur Ali, M.Pd menyampaikan jika pelatihan tersebut memfasilitasi para akademisi FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk berkompetisi menjadi masyarakat global melalui bahasa Inggris. “Ini adalah upaya mendorong minat akademisi untuk meraih beasiswa pendidikan ke jenjang S2/S3, mengikuti short course baik di dalam maupun luar negeri hingga publikasi internasional.” terang Nur Ali

Dipandu oleh Prof. Dr. Hj. Zuliati Rochmah, M.Pd selama dua gelombang (Maret-Juni), para peserta yang terdiri dari para dosen Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Manajemen Pendidikan Islam (MPI) serta Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) berantusias tinggi.

Program ini mengupas tuntas cara jitu agar menguasai International English Language Test System (IELTS) for academic writing, terutama dalam mengerjakan paragraph writing task 1 & 2. Sebab, kedua bagian tersebut memiliki tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan IELTS for general training.

Untuk mengikuti kelas academic writing, para peserta mengerjakan pre-test. Selanjutnya mereka menekuni bagaimana menganalisa data-data berupa grafik dan tabel. Tak hanya itu, beragam kaidah penulisan esai juga ditelaah. Diakhir pertemuan, tutor menyediakan soal post-test untuk mengevaluasi tingkat pemahaman dosen.

Irfan Islamy, M.Pd, dosen PGMI FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai salah satu peserta sekolah academic writing mengungkapkan jika program yang digelar mulai 23 Maret lalu sangat menunjang pengembangan kompetensi dosen.”Selain termotivasi memperoleh skor tinggi dalam IELTS, kami semakin memahami perbedaan bahasa Inggris untuk akademisi, bisnis atau pun lainnya,” ungkap Irfan Islamy (dw)