Kredibilitas seseorang dalam menekuni suatu ilmu pengetahuan sangat di pengaruhi dengan apa-apa yang menunjang keilmuan tersebut. Bisa di bilang seorang pakar tertentu tidak akan bisa menyelesaikan proyeknya kecuali dengan bantuan pakar dalam bidang lainnya.

 

Dosis Nahwu

Oleh Muhammad Al Farobi (Mahasiswa PBA angkatan 2016)

 

Kredibilitas seseorang dalam menekuni suatu ilmu pengetahuan sangat di pengaruhi dengan apa-apa yang menunjang keilmuan tersebut. Bisa di bilang seorang pakar tertentu tidak akan bisa menyelesaikan proyeknya kecuali dengan bantuan pakar dalam bidang lainnya. Sebagai contoh adalah seorang sipil akan sangat membutuhkan gagasan dan rancangan arsitek. Seorang arsitek tidak harus menguasai ilmu sipil begitu pun sebaliknya. Itu mengindikasikan bahwa tidak ada prasyarat khusus menguasai teknik sipil bagi arsitek, begitu jugatidak adaprasyarat khusus menguasai arsitektur bagisipil.

Semua hal itu tidak berlaku bagi ilmu Bahasa Arab. Bahasa arab menjadi prasyarat bagi seorang yang ingin mendalami ilmu agama terlebih khusus ilmu tafsir dan ilmu Hadist. Bahasa arab disini bukan berarti yang penting bisa berbahasa arab seperti kalam maupun kitabah, ataupun ketrampilan lainnya, akan tetapi menguasai ilmu cabang bahasa arab seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lainnya.

Seorang tidak akan bisa menjadi mufasir maupun muhaddits sebelum menguasai nahwu, karena dengan Nahwu ia akan bisa memaknai kalam Illahi dan Hadist Rasul. Syekh Syarifuddin Al-Imrity dalam mandlumah Imrity mengatakan:

كي يفهم معاين القرآن – والسنة الدقيقة املعاين والنحو أوىل أوال أن يعلم – إذ الكالم دونه ال يفهم

Bagaimana seorang dapat memahami makna-makna Al-Qur‟an Dan Hadits yang lembut maknanya

Nahwu adalah pertama dan paling utama untuk di pelajari Karenatanpanya Al-Qur‟antidakdapatdipahami

Maka para ulama menjelaskan bahwa wajib bagi seorang yang mempelajari tafsir Al-Qur‟an agar mempelajari Ilmu Nahwu.

Tulisan ini telah dimuat di:

https://www.kompasiana.com/alaartikel/5d84f4bf0d82305b3e 155482/dosis-nahwu