FITK NEWS – Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang Peluang dan Tantangan Lulusan PBA di era digital, hari ini (29/5).Berlangsung di Aula Lantai V Gedung Soekarno, Kegiatan Guest Lecture (محاضرة ضيف) ini diikuti ratusan mahasiswa angkatan 2021 dan 2022 serta pada dosen. 

Kaprodi PBA Dr. H. Bisri  Mustofa, MA dalam sambutannya mengatakan Guest Lecture dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan program prodi untuk memberikan wawasan baru bagaimana peluang dan tantangan di era yang serba digital seperti sekarang. “Sebagai generasi penerus bangsa serta agen perubahan, mahasiswa memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan agar nantinya dapat berpartisipasi menyelesaikan berbagai persoalan, khususnya persoalan pendidikan di era digital”, jelasnya.

Dimoderatori oleh Dr. Zakiyah Arifa, M.Pd, narasumber Guest Lecture Prof. Dr. H. Tulus Musthofa, LC, MA  (Guru Besar Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga) menyampaikan senang bisa berbagi ilmu di depan ratusan mahasiswa PBA UIN Malang. Dalam kesempatan tersebut Prof Tulus menjelaskan jika mahasiswa PBA punya banyak peluang dalam berbagai bidang pekerjaan, misalnya menjadi pentashih bahasa riset, buku, dan publikasi, website, perusahaan, guru/dosen, penerjemah, peneliti dalam pusat tahkiq turots dan jurnalis.

Meskipun begitu, lanjut Prof Tulus, mahasiswa juga memiliki tantangan yang harus dihadapi di antaranya mengajarkan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi,  karakter siswa yang beragam, rendahnya motivasi dan tuntutan guru profesional.

Untuk itu, alumni Universitas Al-Azhar ini memberikan tips untuk menghadapi berbagai tantangan yaitu mempelajari Bahasa Arab komunikatif dengan serius, menjalin pertemanan antar bangsa serta banyak melakukan kegiatan Bahasa Arab di era dtigital.

Ketua Umum IMLA Indonesia ini menyontohkan, banyak orang-orang Indonesia yang mendunia sebab menguasi Bahasa Arab secara mutqin misalnya Syeikh Mahfud at-Tarmasi, Syeikh Nawawi Bantani, KH Hasyim Asy’asi, KH. Ahmas Dahlan, KH Wahab Hasbullah, KH Wahid Hasyim dan Gus dur.  “Jika ulama’ modern misalnya Bapak Quraish Shihab, Bapak Salim Saqof Jufri, Bapak Ahmad Fuad Afandi, Bapak Muhammad Hidayat Nur Wahid dan Bapak Tulus Musthofa (pemateri)” ujarnya.