Jejak Peradaban Islam dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
Eropa dikenal sebagai perlambang kemewahan dan simbol kemajuan jaman terutama pada abad 21. Menelusuri tempat-tempat wisata di Eropa merupakan hasrat semua wisatawan. Beberapa wisata Eropa termasuk Menara Eiffel, Menara Pisa, Colosseum Roma, Museum Louvre, dan lain-lain merupakan rangkaian yang tak terlupa. Semua itu terinspirasi dengan kemegahan peradaban Islam di benua Eropa Abad Pertengahan. Eropa menyimpan gairah spirit renaisance sebuah peradaban. Itu semua tentu berhubungan dengan sejarah peristiwa masa lampau terkait dengan peradaban Islam di Andalusia atau dikenal dengan negara Spanyol.
Eropa dikenal sebagai perlambang kemewahan dan simbol kemajuan jaman terutama pada abad 21. Menelusuri tempat-tempat wisata di Eropa merupakan hasrat semua wisatawan. Beberapa wisata Eropa termasuk Menara Eiffel, Menara Pisa, Colosseum Roma, Museum Louvre, dan lain-lain merupakan rangkaian yang tak terlupa. Semua itu terinspirasi dengan kemegahan peradaban Islam di benua Eropa Abad Pertengahan. Eropa menyimpan gairah spirit renaisance sebuah peradaban. Itu semua tentu berhubungan dengan sejarah peristiwa masa lampau terkait dengan peradaban Islam di Andalusia atau dikenal dengan negara Spanyol.
Catatan sejarah singkat di Eropa tertulis dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Novel berlatar belakang sejarah bercerita tentang peradaban Islam masa lalu. Islam pernah berjaya. Islam pernah menguasai daratan Eropa. Peradaban Islam masa lalu merupakan cikal bakal peradaban di Eropa. Hanum sebagai tokoh dalam cerita mengitari dan menjelajahi Eropa. Hanum menziarahi kepingan-kepingan sejarah yang terkubur dan terselip di atas kedigdayaan peradaban Eropa mulai dari Austria sampai Spanyol. Cordoba dan Granada adalah pusat peradaban Islam masa lalu di Eropa. Peradaban Islam Abad Pertengahan menjadi episentrum kemajuan pesat yang melahirkan banyak ilmuwan-ilmuan Islam. Lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus yang masyhur masih tersimpan di Museum Louvre Paris. Jika diamati secara detail ada tulisan di kerudung Bunda Maria. Tulisan itu berbunyi Laa ilaaha illallah.
Pergilah, jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup; niscaya jalan apapun yang kau pilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalanmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan.
Ini adalah sepenggal yang tertulis di Epilog novel 99 Cahaya di Langit Eropa.
Mengutip kata-kata George Santayana: “Those who don’t learn from history are doomed to repeat it.” Barang siapa melupakan sejarah, dia pasti akan mengulanginya. Banyak di antara umat Islam kini yang tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. Tidak banyak yang tahu bahwa luas teritorial kekhalifahan Umayyah hampir dua kali lebih besar daripada wilayah Kekaisaran Roma di bawah Julius Caesar.
Islam merupakan agama yang paling banyak memiliki sejumlah peradaban yang tersebar hampir di seluruh penjuru dunia dalam perjalanannya. Rekam jejak sejarah yang tertulis dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa berhasil mengungkapkan perjalanan sejarah Islam masa lalu di daratan Eropa. Perjalanan yang begitu terkesima tersebut memunculkan dari simbol-simbol Islam yang ditinggalkan.Benua yang kontras akan peradaban barat saat ini ternyata menyimpan banyak segudang simbol peninggalan sejarah peradaban Islam. Salah satu simbol yang masih dekat dengan peradaban muslim di Eropa saat ini adalah bangunan masjid-masjid megah walaupun dijadikan museum atau gereja. Gereja megah Hagia Sophia pernah jadi masjid besar pada jamannya. Bangunan bersejarah tersebut sebagai simbol peradaban Islam dan bukti kejayaan Islam pada masanya.
Masa peradaban Islam di Eropa pada saat itu bermula dari sebuah daerah di semenanjung Siberia, yang saat ini kita kenal dengan Spanyol. Diawali dari wilayah Cordoba, Islam mulai memasuki Spanyol (dahulu Andalusia) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia.Islam di Eropa sempat mencapai kejayaannya pada masa Dinasti Umayyah. Dari sinilah cikal bakal pintu peradaban Islam telah terbuka lebar di Eropa hingga akhirnya melahirkan berbagai peninggalan sejarah yang masih dekat dengan peradaban Islam di Eropa masa kini.
Lewat novel sejarah, sang penulis membukakan kesadaran dan eksistensi umat Islam. Islam dipandang sebagai minoritas Muslim di Eropa, hidup bukan perkara mudah. Bagi muslimah berjilbab, mencari pekerjaan di salah satu negara di Eropa, tidak harus diperoleh dengan kesungguhan dan kepandaian, tetapi benar-benar membutuhkan mental yang kuat melawan emosi dan sakit hati untuk selalu siap ditolak dan dipinggirkan. Perjuangan hidup yang berat dan menyayat hati sudah terlanjur menjadi kisah biasa yang memaksa nalar kita untuk memakluminya.
Tidak banyak yang tahu pula bahwa peradaban Islamlah yang memperkenalkan Eropa pada Aristoteles, Plato, dn Socrates, serta akhirnya meniupkan angin renaissance bagi kemajuan Eropa saat ini. Cordoba,the City of Lights, ibu kota kekhalifahan Islam di Spanyol pernah menjadi pusat peradaban pengetahuan dunia yang membuat Paris dan London terkesima dan iri hati.
1. Sekilas tentang Novel 99 Cahaya di Langit Eropa
Novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan kisah perjalanan menampak jejak-jejak peradaban Islam di Eropa. Novel ini ditulis oleh dua orang muslim Indonesia. Mereka adalah Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Perjalanan sepasang suami istri ini kemudian diabadikan dalam cerita nonfiksi (novel Islami). Tokoh utama dalam cerita ini adalah sang penulis sendiri. Perjalanan dimulai dari kota Wina, ibu kota dari Negara Austria, tempat Rangga menempuh kuliah doktoral sampai akhirnya kembali pada sebuah tempat yang disebutnya sebagai titik nol kehidupan. Titik sebuah tempat dimana Al-Quran diturunkan dan Islam dihadirkan yaitu di Makkah.
Hanum dan Rangga tinggal selama 3 tahun di Eropa. Keduanya berkesempatan menjelajahi Eropa bersama dengan teman-teman baru yang mereka kenal. Mereka menemukan keindahan Eropa yang tidak sekadar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepak bola San Sio, Colloseum Roma atau gondala-gondala di Venezia. Namun, Mereka menemukan keindahan lain dari Eropa. Mereka menjelajah ke negara dari Spanyol sampai Turki. Bukti peninggalan peradaban Islam terlihat jelas. Negeri-negeri di sekitarnya tanpa disadari terpengaruh oleh budaya Islam.
Eropa dan Islam pernah menjadi pasangan serasi. Namun ketamakan manusia membuat dinasti Islam runtuh. Melalui novel 99 Cahaya di Langit Eropa, penulis ingin menceritkan tentang beberapa tempat dimana Islam mempunyai kisah menarik di dalamnya. Kisah-kisah dari beberapa tempat dapat mengispirasi negara-negara Eropa menuju jaman yang lebih maju. Eropa berutang budi pada peradaban Islam. Tempat-tempat itu adalah Wina (Austria), Paris (Perancis), Granada dan Cordoba (Andalusia/Spanyol), dan Istambul (Turki).
Novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan sebuah novel Islami bernuansa sejarah Islam. Novel yang menceritkan pengalaman dan perjalanan menapak jejak-jejak peradaban Islam yang menakjubkan dengan menunjukkan keberagaman kebudayaan yang berjalan seiring perkembangan teknologi canggih, saling mengisi, menentukan masa depan suatu peradaban. Inilah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua Eropa. Sebuah perjalanan dalam mengeksplorasi kejayaan Islam di Eropa. Pada masa kejayaan Islam dimana pasukan Islam berhasil menaklukan Konstantinopel dan Andalusia.
Pengalaman Hanum dan Rangga menelusuri Eropa bermula di Wina berlanjut ke Paris, Cordoba, Granada hingga Istanbul Turki. Dalam novel ini diuraikan pula bukti-bukti kejayaan Islam yang tertuang secara detail mulai dari bangunan, lukisan Kara Mustafa Pasha, Jubah Bunda Maria, perjalanan spiritual Napoleon hingga mantel Raja Roger II yang berkaligrafi arab sehingga tidak terbantahkan bahwa Islam pernah bercahaya di langit Eropa.
Selain fakta-fakta tentang sejarah Islam, novel ini terkandung nilai-nilai rohani dan nilai moral yang dapat kita petik secara bersamaan. Adapun yng dikutipan novel 99 Cahaya di Langit Eropa adalah berikut ini.
Roti Croissant! Roti Croissant yang mereka sedang santap. Dan kata-kata inilah yang membuatku menghentikan Fatma berbicara: If you want to ridicule Muslims, this is how to do it! Kalau kalian mau mengolok-olok Muslim, begini caranya!”
“Aku punya rencana, Hanum!”
“Aku membayar untuk semua. Termasuk untuk meja di belakang kami,” kata Fatma pada pelayan perempuan itu sambil mengeripkan matanya padaku.
“Jadi inikah rencana Fatma? Cara membalas dendam macam apa ini?” 99CLE: 39
Kebingungan Hanum melhat kelakuan dan suatu keputusan yang sangat bijak oleh Fatma. Ia membalas para turis yang telah mengolok-olok Islam dengan membayarkan hasil pesanan mereka dan menuliskan sepucuk surat pendek untuk mereka. Pesan itu berbunyi “Hai, I am Fatma. I am muslim from Turkey” dan menyertakan alamat e-mailnya. Dari sini pula kita dapat memetik buah segar tentang penting dan berharganya kebaikan, sebuah kejahatan apapun dibalas dengan kebaikan, karena Allah SWT telah berjanji dalam ayatnya.
“Sesungguhnya rahmat Allah Swt amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Banyak hal yang bisa dipetik dari novel ini. Mulai dari misi menjadi agen muslim yang baik, membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat untuk alam semesta hingga pemahaman bahwa ilmu pengetahuan dan agama seharusnya saling mendukung dan bukan dipertentangkan. Bukankah Al-Qur’an sendiri memerintahkan untuk membaca. Penulis memberikan nilai-nilai moral yang dapat menggiring pembaca kepada perspektif baru akan suatu kepercayaan dan perbedaan. Ketulusan penulis untuk membagikan pengalamannya akan mengingatkan dan menumbuhkan kembali rasa bangga menjadi seorang muslim dan betapa indahnya agama Islam.
2. Jejak Peradaban Islam di negara Austria
Wina merupakan ibu kota Austria. Di negara ini Rangga menempuh kuliah doktoral selama tiga tahun. Di kota inilah banyak terlahir para musisi legendaris dunia, sehingga kota ini dijuluki sebagai kota musisi dunia. Dari berbagai kejayaan masa kini, orang telah melupakan bahwa ada yang melatarbelakangi kemunculan musisi tersebut. Di sisi lain sejarah kelam Austria turut menghiasi. Di kota ini ditemukan pula peninggalan-peninggalan bersejarah Islam yang tidak banyak diketahui orang. Orang lain seolah tidak percaya bahwa Islam pernah berjaya di benua Eropa. Austria merupakan tempat ekspansi terakhir kerajaan Islam Turki di Eropa.
Di kota inilah terdapat beberapa museum yang berisi hal-hal yang menggambarkan tentang adanya jejak peradaban Islam. Pada awal abad 15, Turki telah berhasil menaklukkan hampir seluruh wilayah Eropa Timur. Di tahun 1683, Pasukan Turki di bawah kepemimpinan Kara Mustofa Pasha berhasil mengepung pasukan Austria. Namun, Austria mendapatkan bantuan militer dari Polandia dan Jerman.
Lukisan Kara Mustafa Pasha terpasang di Wien Stadt Museum. Sejarah Austria mengungkapkan bahwa Kara Mustofa Pasha adalah penjahat, padahal ia adalah seorang panglima perang Turki dinasti Utsmania / Ottoman yang ingin menaklukan kota Austria dalam misi penyebaran dakwa Islamnya. Tidak hanya itu Masjid di Austria yang bernama Vienna Islamic Center juga sudah berdiri sampai sekarang. Gema suara azdan pun sayup-sayup terdengar di antara lonceng gereja. Masjid ini dibangun disekitar danau musim panas. Danau yang hampir disetiap hari dipenuhi orang-orang bertelanjang. Inilah bukti bahwa peradaban Islam pernah menghiasai Kota Wina, Austria.
1. Wien Stadt Museum
Museum kota Wina adalah bangunan yang didirikan untuk mengabadikan sejarah kota Wina. Di museum ini Lukisan Kara Mustofa Pasha terpampang. Ia dilukiskan sebagai seorang kakek yang sudah tua dan lemah. Padahal ia adalah panglima perang dinasti Turki yang gagah berani.
Dan aku menemukan sesuatu yang aneh. Dia dilukis dengan cara yang berbeda dibandingkan lukisan yang lain
Lukisan raja, panglima perang, atau tokoh penting biasanya dilukiskan dengan penuh kegagahan. ….Tapi pria ini dilukiskan seperti kakek-kakek. Tua dan lemah. Lama-lama terlihat seperti penjahat. Matanya nanar, mengiaskan kegagalan luar biasa dalam hidupnya 99CLE: 78
Inilah sejarah Austria. Sejarah Wina menampilkan sosok panglima Turki sebagai penjahat perang. Ada sisi yang harus menguntungkan pihak Austria. Padahal sejarah dunia memperlihatkan sangat perlainan. Bagi negara yang mayoritas beragama kristen menggambarkan Kara Mustofa Pasha dianggap sebagai penjahat perang.
Kalau melihat sejarah Islam dari Turki, Kara Mustofa Pasha adalah panglima perang yang berjuang menaklukkan kota Wina. Dengan semangat jihad, ia berjuang sampai titik penghabisan. Kota Wina merupakan kota terakhir penaklukan tentara Islam ke benua Eropa.
“Tiga ratus tahun lalu, pasukan Islam Ottoman Turki yang menyerbu Wina dan ternyata diserbu balik dari Kahlenberg itu ….. di pimpin Kara Mustofa.” Fatma berhenti sejenak 99CLE: 81
Penyerangan kota Wina menjadi bukti kuat bahwa Islam pernah berkuasa di Austria, tetapi pasukan yang dipimpin Kara Mustofa berhasil diserbu. Hal ini menandakan bahwa pasukan Turki merasa ingin menyebarkan dakwah Islam sampai ke Eropa Timur. Penyerangan tersebut memberikan dampak besar dan memperlihatkan pada dunia bahwa Islam pernah berjaya di benua Eropa.
2. Vienna Islamic Center
Vienna Islamic Center merupakan bangunan masjid. Masjid yang dibangun di sekitar danau tempat para turis bertelanjang dada. Hal ini menimbulkan pertentangan dan sangat ironis sekali. Suara adzan pun tidak terdengar dikejauhan dari bukit Kahlenberg. Jika dilihat dari teropong maka terlihat bangunan berwarna hijau berkubah.
“Ini adalah daftar nama orang yang masuk Islam. Di antara mereka adalah yang tadinya senang berjemur dan menikmati suasana musim panas di tepi Danube, “ucap Imam Hashim 99CLE: 117
Banyak sekali para jamaah di sana terutama para muallaf yang ingin mengetahui dan mencari Islam secara sadar bukan atas pemaksaan. Oleh karena itu masjid ini dibangun disekitar sungai Danube. Nilai-nilai keislaman pun mulai ditumbuhkan di kota Wina. Di jalan Der Wiener Deewan, terdapat restoran ala Pakistan yang menyajikan menu makanan halal dengan slogan “All You Can Eat. Pay As You Wish” Makan sepuasnya, bayar seikhlasnya. Hal ini memberikan pembelajaran tentang arti jujur pada diri sendiri. Dari gambaran itu terlihat bahwa jejak-jejak peningglan Islam masih membekas di kota Wina, tidak hanya bangunan bersejarahnya, tetapi nilai-nilai keislaman.
3. Jejak Peradaban Islam di negara Perancis
Perancis dikenal sebagai negara yang sangat maju di benua Eropa. Kemajuan ilmu pengetahuan sejak renaissance merupakan awal mula tingkat kemajuan. Paris sebagai ibu kota Perancis menawarkan keindahan bangunan seperti menara Effiel, Obelisk, Museum Lauvre, dan bangunan-bangunan lainnya. Paris memang mempunyai daya tarik yang luar biasa. Siapa pun pasti tersihir untuk datang ke sini. Negara yang pernah dipimpin Napoleon merupakan negara wisata yang bernuansa indah. Tak hanya menjadi ibu kota peradaban Eropa, tapi juga pusat peradaban paling maju di dunia.
Jauh-jauh hari pada abad pertengahan Paris kalah bersaing dengan Andalusia. Kota yang dijuluki the city of light adalah Cordoba, ibu kota Andalusia saat Islam berkuasa di negara Spanyol. Jejak peradaban Islam muncul di negara Perancis. Mungkin ini tidak disadari oleh kebanyakan orang. Sang pemimpin Perancis, Napoleon Bonaparte menjadi seorang muslim ketika telah selesai mengembara ke negera Mesir.
“Kau lihat itu Hanum? Air mancur besar, monumen Obelisk Mesir, jalan Champs-Elysees, dan monumen Artc de Triomphe di ujung jalan sana membentuk garis lurus yang sempurna.” …..
Menyeberangi Laut Mediterania, kita akan bertemu Mesir, lalu Arab Saudi, kemudian ….
“Mekkah?” kataku tak yakin pada Marion. Apakah kota ini yang ia maksudkan? 99CLE: 177
Inilah gambaran bangunan yangmenandakan keberada Islam masih eksis di benua Eropa. Perancis sebagai salah satu negara tanpa disadari telah terbangun. Hal ini dapat dilihat pada beberapa deretan bangunan yang membentuk garis lurus mengarah ke Ka’bah. Bangunan ini sengaja diarahkan Napoleon setelah ekspansi ke Mesir. Ia telah melihat bangunan yang begitu takjub yaitu Ka’bah. Ada yang mengira Napolen Bonaparte telah masuk Islam. Inilah keindahan Islam dalam membawa perubahan di Eropa.
1. Museum Louvre
Museum Louvre terletak di Rive Droite Seine di Paris. Moseum ini mengoleksi luisam-lukisan karya maestro dunia. Hampir ribuan benda-benda dari jaman ke jaman turut dipamerkan. Salah satu yang menarik dari museum ini adalah lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus.
“Ini, Hanum. Perhatikan apa yang menarik dari lukisan ini.”
…….
“Hey, sepertinya ada inskripsi Arab juga di kain hijab Bunda Maria ini. Kufic lagi!” pekikku.
“Kau boleh percaya boleh tidak, Insya Allah aku benar. Itu tulisan ‘Laa Ilaa ha Illallah’,” ucap Marion mengangguk mantap. 99CLE: 167
Tanpa disadari, ternyata jubah / hijab yang dikenakan Bunda Maria selama ini bertuliskan arab kuna. Tulisan ini bermakna tiada tuhan selain Allah. Kenapa Bunda Maria mengenakan hijab bertuliskan Arab yang mengisyaratkan nilai-nilai Islam? Ini artinya pengaruh peradaban Islam menjadi kental dan berkembang. Ini menimbulkan misteri tersendiri. Banyak tulisan kaligrafi Arab juga muncul di patung-patung dinding gereja.
Dahulu, peradaban Arab dianggap paling maju, barang-barang produksinya selalu laris di pasaran. Mulai dari kain, hingga perabotan. Mereka selalu menyertakan kufic, atau seni kaligrafi Arab kuno yang tidak dapat terbaca oleh pengetahuan huruf Arab biasa. Kufic yang hampir selalu ada di setiap komoditas arab saat itu adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah.
Kalimat ini dalam setiap komoditas bangsa Arab yang membanjiri Eropa, maka tidak heran pelukis Eropa pun mencontoh inkripsi Arab ini di setiap karyanya. Mereka tidak mengerti arti kufic tersebut, maka dari itu secara tidak sengaja kufic tersebut mereka contoh dalam karyanya. Kufic yang ada di benda-benda seni Eropa dinamakan Pseudo. Kufic, yaitu kufic yang di buat oleh orang yang hanya mencontoh kufic tanpa mengerti makna kalimatnya. Sehingga Pseudo Kufic ini lebih sulit dibaca.
Bahkan seorang raja Eropa memakai mantel tertuliskan kaligrafi Arab. Kalimat Tauhid juga bertahta di pinggir bordir mantel sang raja. Raja memang senang dengan budaya Arab, terutama kaligrafinya. Inilah pengaruh budaya yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pernah mempengaruhi dan berjaya di Eropa.
2. Le Grande Mosquee de Paris
Le Grande Mosquee de Paris disebut juga Masjid Raya Paris. Masjid ini terletak di Arondisemen Ve dan didirikan setelah perang Dunia I. Masjid ini juga sebagai tanda terima kasih Perancis kepada tirailleurs Muslim dari koloni yang turut berperang melawan pasukan Jerman.
“Kau tahu Mesquita Cordoba di Spanyol?” tanya Marion tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan.
“Masjid besar Paris ini dibangun untuk melahirkan kembali semangat Cordoba. 99CLE: 193
Ada yang membuat menarik dengan berdirinya masjid di pusat kota Paris. Walaupun tidak berdiri saat Islam berkuasa, tetapi pendiriaan masjid ini dibangun untuk melahirkan semangat Cordoba. Masjid ingin hampir menyerupai Mezquita baik desain interior maupun eksterior agar semangat keislaman mulai tertanam lagi di negara Perancis.
3. Jejak Peradaban Islam di negara Spanyol
Spanyol adalah negara ketiga yang diceritakan oleh Hanum. Ia tertarik untuk mengunjungi kota Cordoba dan Granada. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam (Ahmad, 1978: 135). Islam berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui Yunani-Arab ke Eropa. Andalusia nama lain dari Spanyol telah melahirkan tokoh-tokoh penting dunia yang hidup di masanya.
Negara Spanyol tepatnya di Cordoba terdapat sebuah gereja yang tadinya adalah sebuah masjid, namanya Mezquita. Dari bangunannya lebih mirip bangunan masjid. Namun, karena sesuatu hal pemerintah setempat menggunakan tempat tersebut sebagai gereja. Alasannya karena penduduk sekitar lebih banyak beragama Kristen, sehingga dinilai lebih bermanfaat.
1. Mezquita
Mezquita terletak di kota Cordoba wilayah Andalusia saat itu. Kota Cordoba dijuluki sebaagai the city of lights karena kota inilah renaissance Eropa yang sesungguhnya. Ibu kota sejarah peradaban ilmu pengetahuan dan keharmonisan antarumat beragama. Semua berasal dari Mezquita. Banyak turis asing yang berdatangan untuk berwisata di Mezquita. Dahulu Mezquita adalah sebuah masjid dan sekarang adalah gereja katedral yang dikhususkan bagi agama kristen. Walaupun banyak turis berdatangan,tetapi untuk melakukan peribadatan shalat pun tidak diperbolehkan. Ada peringatan “ No praying please…”
Di dalam Mezquita juga terdapat mihrab yang dibatasi oleh jeruji-jeruji. Mihrab adalah hal yang menarik di Mezquita bagi kaum muslim.
“Arah mihrab itu tidak sepenuhnya menghadap kiblat kalian ke Mekkah. Seharusnya mihrab dibangun sedikit miring ke tenggara. Tapi Migrab ini terlaluu lurus ke selatan…..
Penguasa saat itu, Sultan Al-Rahman, sangat menyadarinya. Dia memang sengaja membuatnya begitu. Ini ada hubungannya dengn bagaimana Cordoba bisa menyandingkan orang-orang yang berbeda keyakinan dengan begitu indah. Di sebelah masjid ada gereja yang sudah terlebih dulu berdiri disitu.
Jika memaksakan Mihrab ke tenggara, mau tak mau gereja kecil harus dirobohkan. 99CLE: 273-274
Inilah bentuk toleransi umat beragama yang berada di Cordoba, sehingga kota ini benar-benar kota yang terindah pada jamannya. Proses pembangunan arah mihrab tidak harus menghancurkan bangunan gereja. Sultan mengarahkan pembangunan mihrab ke arah selatan. Walaupun mihrabnya ke selatan, tetapi arah shalat mengarah serong ke arah tenggara menghadap ka’bah.
2. Istana Al-Hambra
Istana Al-Hambra terletak di bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Istana Al-Hambra sekaligus menjadi bukti sejarah kejayaan Islam di Spanyol (dulu Andalusia). Al- Hambra, sering juga dijuluki “Istana yang Hilang” atau “Kejayaan yang Sirna”. Al-Hambra yang terletak di Andalusia (nama yang diberikan umat Islam untuk Spanyol) menyimpan rekaman sejarah kehebatan ilmu pengetahuan, karya sastra, seni dan arsitektur umat Islam.
Nama Al-Hambra berasal dari bahasa Arab yang berarti Istana Merah karena bangunan ini banyak dihiasi ubin-ubin dan bata-bata berwarna merah, serta penghias dinding yang agak kemerah-merahan yang bercirikan seni-seni Islam yang hebat. Di istana ini benteng terakhir pertahanan umat Islam telah berakhir.
“Sultan Granada Boabdil akhirnva menerah. Istana diserahkan, dia diusir, namun dia meminta Isabella melindungi masyarakat Granada dalam menjelaskan ibadah sesuai keyakinan masing-msing, Kristen, Islam, dan Yahudi, jelas Luiz. 99CLE: 300
Mohammad Boabdil merupakan sultan terakhir yang menyerahkan kunci istana kepada Ratu Isabella dan Raja Ferdinand. Ia menginginkan toleransi dalam menjalankan agama dijamin sepenuhya. Perjanjian ini diabaikan oleh ratu Isabella. Ia membaptis seluruh masyarakat Granada.
The Last Moor’s Sigh merupakan jalan berkelok-kelok di bukit pengunungan Sierra Nevada. Tempat ini merupakan tempat Boabdil yang asli bangsa Moor terakhir memandang dengan perasaan cemas dan menangis. Boabdil diusir dari Granada dn ditempat ini ia berdoa agar rakyatnya lebih sejahtera dan tidak diusik oleh Ratu Isabella dan Raja Ferdinand. Penduduk Spanyol harus menaruh babi di depan rumah. Tradisi makan dan memperjualbelikan daging babi merupakan cara Ratu dan Raja mengubah kebudayaan Islam di Spanyol. Daging babi merupakan makanan kharam bagi umat Islam.
4. Jejak Peradaban Islam di negara Turki
Istambul adalah ibu kota kerajaan Turki. Kota ini sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang bernama Konstantinopel. Konstantinopel adalah kota bernama Byzantium terletak di selat Bosporus. Di kota ini terdapat gereja bernama Hagia Sophia yang sangat dikagumi oleh umat Kristiani. Tahun 1453, Kota Konstantinopel ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dan diganti nama menjadi Istambul.
Kota Konstantinopel ditaklukkan Sultan Muhammad Al-Fatih. Ia memasuki kota, pergi ke Gereja Hagia Sophia dan bersujud syukur kepada Allah SWT. Ia memerintahkan mengubah gereja tersebut menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia.Setelah penaklukan, hari Jumat, masjid tersebut pertama kali digunakan untuk shalat Jumat.
1. Hagia Sophia
Hagia Sophia merupakan gereja peninggalan Kota Konstantinopel. Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengubahnya menjadi Masjid. Pada hari Jumat masjid tersebut dapat digunakan untuk shalat Jumat. Beberapa ornamen dibiarkan seperti aslinya. Motif kaligrafi Islami berukuran raksasa terpampang jelas.
Nasib Hagia Sophia berkebalikan dengan Mezquita di Cordoba. Hagia Sophia adalah Katedral Byzantium terbesar di Eropa yang kemudian menjadi masjid. Masjid itu memajang kaligrafi Allah, Muhammmad, serta membiarkan lukisan-lukisan Yesus dan Maria serta elemen-elemen kekristenan bertengger di sana. 99CLE: 335
Desain Hagia Sophia memberikan nuansa berbeda. Lukisan Yesus dan Bunda Maria tetap terpasang. Ini membuktikan bahwa Sultan membiarkan keaslian bangunan dengan memperlihatkan kemegahan Hagia Sophia. Hagia Sophia dulu adalah gereja yang diubah menjadi masjid. Sultan tidak serta merta menghacurkan onamen kemegahan Hagia Sophia. Ia cukup memerintahkan semua ikon Kristen ditutup dengan kain agar tak terlihat saat melaksanakan shalat.
Recent Posts
- Gelar Bimtek dan Tryout untuk peningkatan kelulusan UPPPG
- Tembus Jurnal Sinta 4 dan Terdaftar HAKI: Hasil Penelitian Kolaborasi Mahasiswa dengan Pendampingan Dosen FITK
- Prof. Mudjia Rahardjo Berbagi Ilmu Metodologi Penelitian Kualitatif dengan Dosen FITK
- Tingkatkan Indeks Profesional ASN, Seluruh Tenaga Kependidikan FITK Ikuti Diklat Manajemen Risiko
- Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris UIN Malang Raih Penghargaan Platinum “TIGERS” pada Ajang Internasional di Malaysia