PENGENALAN budaya belajar di perguruan tinggi (PT) merupakan keharusan yang wajib dijalani mahasiswa baru (MABA) untuk menyelami lebih dekat tradisi dan atmosfir akademik universitas, tak terkecuali MABA Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) FITK UIN Maliki Malang Tahun Akademik 2014/2015. Jurusan PAI baru-baru ini (16/9) telah menyelenggarakan kuliah tamu dengan menghadirkan narasumber internasional, Dr. Ghazali Bin Darusalam.  Acara yang dibuka langsung oleh Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si., itu mengangkat tema “Membangun Kompetensi Guru PAI  Berwawasan Nilai-nilai Religius dan Global Menuju ASEAN Community” dan dihadiri lebih dari 600 mahasiswa dan dosen bertempat di Aula Gedung Dr (HC) Ir. H. Soekarno.

Dekan FITK, Dr. H. Nur Ali, dalam sambutannya menekankan tentang pentingnya  membangun kesadaran dan kepekaan diri terhadap perubahan kebijakan baik dalam lingkup nasional, ASEAN dan internasional. ”Pemerintah baru-baru ini telah mengeluarkan kebijakan bagi calon guru ke depan harus memiliki sertifikat pendidik melalui pendidikan profesi guru (PPG), upaya ini sekaligus menjadi standart utama yang sejajar dengan negara-negara di tingkat ASEAN” ungkapnya.

Merespon akan diberlakukannya era ASEAN Community tahun depan, FITK telah menjajaki praktik kerja lapangan (PKL) bagi mahasiswa di luar negeri. Ternyata respon beberapa lembaga sekolah tersebut sangatlah menggembirakan. Alhasil, berdasarkan penilaian dari pengelola lembaga luar negeri, mahasiswa FITK layak menjadi guru dikancah internasional, khususnya lingkup ASEAN. ”Kami laporkan Bapak Rektor, bahwa berkat pengalaman praktik mahasiswa yang lalu, maka pada tahun ini, banyak tawaran dari beberapa negara tetangga untuk minta ditempati praktik mengajar mahasiswa FITK, seperti Australia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Brunai Darussalam”, pungkas dekan FITK dengan mantap.

Acara kuliah tamu dibuka oleh Rektor UIN Maliki Malang. Dalam sambutannya, rektor menyampaikan mengenai pentingnya menghadapi persaingan pendidikan di tingkat ASEAN. Untuk menghadapi era tersebut, kita harus bekali diri dengan kompetensi dan budaya akademik yang tinggi. Sebab UIN Maliki Malang mencanangkan diri sebagai perguruan tinggi yang menuju reputasi world class university. ”Mulai hari ini kita bangun budaya internasionalisasi itu melalui pengembangan mental, spirit, sikap dan perilaku (attitude) yang baik, pentradisian bahasa asing, (Inggris dan Arab) sebagai pengantar komunikasi akademik, serta tak kalah pentingnya yaitu menyiapkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan era kompetitif, ” pesan rektor.

Sementara itu, narasumber Dr. Ghazali bin Darusalam, menekankan urgennya pendidik cemerlang untuk memajukan taraf hidup kemajuan negara. Ukuran atau Index negara maju selalu diukur dari peringkat ekonomi dan sumberdaya manusianya. ”Kunci utama dalam menaikkan taraf kejayaan negara perlu sokongan pendidik cemerlang, pendidik yang kontribusinya untuk merubah dan menjadikan rakyat kualitas lebih baik,” ujar dosen senior University of Malaya ini.

Sebagai perbandingan, Ghazali juga memaparkan mengenai tugas pendidik di Malaysia, yang sekurangnya memiliki tiga kompetensi utama yaitu (1) amalan profesionalisme keguruan, (2) pengetahuan dan pengalaman, dan (3) kemahiran pengajaran dan pembelajaran. Untuk kompetensi pertama memuat hal berikut: (a) nilai peribadi; amanah, bertanggungjawab, ikhlas, berdedikasi, berdisiplin, berkerjasama, bersih, tekun, sederhana; (b) nilai kepemimpinan seperti; adil, berani, syura, (c) nilai profesional seperti; berilmu, kreativiti, inovasi, integrity, neutraliti, kejujuran intelektual, akuntabiliti, (d) nilai produktiviti/kualiti  seperti;  produktiviti, kualiti, (e) Nilai agama seperti; bersyukur, beriman, bertakwa, (f) Nilai pelanggan seperti; berbudi mulia, bersabar, sopan santun dan peramah.

Sedangkan kompetensi kedua, seorang guru harus menguasai isi (materi), kurikulum, menyukai pelajaran, dan mampu melakukan penilaian dan pengukuran. Adapun komptensi ketiga menekankan pentingya guru mengusai perancangan pedagogi, bahan pengajaran, sumber pengajaran, strategi pengajaran, kaedah pengajaran, teknik pengajaran, ICT, dan komunikasi.

Khusus mengenai guru PAI, Ghazali menyampaikan pesan bahwa sosok guru PAI harus menghayati lima hal, yaitu sebagai mudarris (cakap, pribadi unggul, expert, kreatif dalam pengajaran), muaddib (menanamkan akhlak mulia, mengasuh dan membimbing, serta disiplin), murabbi (memelihara fitrah dan minat-bakat anak, mencurahkan kasih sayang, tanggungjawab), mursyid (menjaga, menasihati, mengarah, membimbing dan memberi petunujuk kepada para pelajar ke arah pembentukan dan pembangunan diri sebagai insan soleh), muallim (memberitahu, mengajar, transfer pelbagai jenis pengetahuan, disiplin kepada  para pelajar melalui latihan dan arahan).

Mengakhiri presentasinya, pria berdarah asal Madiun, Jawa Timur itu, menutupnya dengan sebuah petuah falsafah China: “mendidik anak bagaikan mengukir di batu; segala corak yang diukirkan akan kekal sampai ke zaman remaja dan dewasa. Sebaliknya mendidik anak jangan ibarat mengukir di air; segala didikan dan ajaran akan hilang tanpa meninggalkan suatu kesan pun,” pungkasnya. [hid]Penulis: Mujtahid