Setelah dianggap cukup dengan bekal perkuliahan selama 6 semester, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab berkesempatan mencurahkan segala ilmu yang telah mereka pelajari dalam kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di semester 7. Informasi pelaksanaan PKL di sebuah Pondok Pesantren Al-Bahjah pun terdengar sampai

Kesan Praktik Lapangan di Pondok Pesantren Al-Bahjah

Oleh Filza Aina Hanini (Mahasiswa PBA Angkatan 2016)

 

Setelah dianggap cukup dengan bekal perkuliahan selama 6 semester, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab berkesempatan mencurahkan segala ilmu yang telah mereka pelajari dalam kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di semester 7. Informasi pelaksanaan PKL di sebuah Pondok Pesantren Al-Bahjah pun terdengar sampai ke telingaku. Kesempatan PKL di sana diberikan kepada semua mahasiswa PBA UIN Malang tanpa terkecuali untuk unjuk kemauan mendaftarkan diri melaksanakan PKL di sana. Namun tetap dengan batasan kuota 14 orang. Dengan bekal pengalaman pernah belajar di Pondok Pesantren, aku memberanikan niat untuk mendaftarnya. Sayang dan Alhamdulillah hanya 13 mahasiswa yang mengunjukkan minat mereka melaksanakan PKL di sana. Otomatis aku mendapatkan kesempatan tersebut.

Karena belum pernah memiliki pengalaman mengajar di kelas layaknya sebagai guru, pasti ada rasa takut dan belum percaya diri sebagai untuk menjadi pengajar. Tentu suasana hati yang kurasakanpun dimiliki oleh mahasiswa lainnya. Tapi inilah kesempatan berharga untuk belajar sebelum menjadi pengajar sesungguhnya.

Tempat PKL yang berada di Cirebon, rupaya dianggap jauh dari kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang mengurungkan niat teman-teman mahasiswa lainnya untuk mendaftarkan diri mereka.

Selain itu dengan anggapan mengajar di dalam Pondok yang membuat mereka merasa belum siap. Justru inilah yang menjadikan tantangan tersendiri. Bagaimana kita tidak mengecewakan dua pihak yang telah mempercayai kita, baik pihak kampus maupun pihak Pondok Pesantren Al-Bahjah.

Senang dan bangga bisa berkesempatan mengajar di sana. Kedatangan kami sebagak tamu disambut hangat para warga pondok. Bagaimana tidak, menghormati tamu tidak akan mereka abaikan. Apalagi kita yang dianggap akan menjadi pengajar di sana walapun hanya praktek. Kita datang dengan satu tim PKL, yang terdiri dari 6 mahasiswa dan 7 mahasiswi yang akan fokus mengajar  bahasa Arab santri baru yakni kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 2 bulan lamanya. Mahasiswa fokus mengajar santri putra, dan mahasiswi fokus mengajar santri putri.

Kami akan mengajar di kelas bahasa Arab layaknya sekolah biasa, namun juga dengan program intensif bahasa Arab dengan tujuan menumbuhkan bi’ah lughowiyah (lingkungan berbahasa Arab) bagi mereka. Karena dalam kegiatan sehari-hari mereka diharuskan untuk berbicara bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Pada pertemuan pertama dengan santri-santri di dalam kelaspun begitu mengesankan dengan perkenalan dan pengarahan selama pembelajaran. Motivasi, cerita dan pesan mengenai belajar bahasa Arab yang begitu penting untuk dipelajari membuat mereka antusias untuk belajar.

Itulah yang membangkitkan semangat untuk berbagi ilmu yang kupunya kepada mereka.

Para santri memang telah diajarkan untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu, apapun ilmunya, mereka akan selalu antusias dan semangat dalam belajar. Selain itu adab dalam menghormati orang lain apalagi seorang guru adalah hal yang utama dalam proses belajar di Pondok Pesantren Al-Bahjah. Sopan nan santun di mana kala bertemu, sebagaimana yang diajarkan kepada mereka, itu menjadi sebuah kesan tersendiri bagi pengajar.

Walaupun terkadang banyak hal yang membuat semangat mereka surut dalam pembelajaran, yakni lesuh dan rasa kantuk karena letih dengan berbagai macam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren. Itulah yang menjadi tantangan mereka tersendiri. Semangat mereka dalam belajar bahasa Arab sangatlah besar.

Walaupun kami adalah tamu di sana, namun kami harus bisa beradaptasi dengan lingkungan pondok dengan begitu banyak kegiatan, selain belajar kami juga mengikuti kegiatan apapun yang ada di dalam Pondok Pesantren. Tentu hal ini menjadi kesiapan tersendiri yang harus kami lalui. Terkadang letih dan lesuh kami ikut rasakan seperti para santri, namun dengan kebersamaan, rasa senang dan ikhlas selayaknya menjadi ciri khas ketika berada di pondok pesantren menjadikan letih hilang seketika.