FITK NEWS – Kecintaan Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Dr Muhammad Walid MA terhadap dunia pendidikan tak hanya omong kosong tetapi memang realistis. Buktinya dia terus mengupayakan banyak program pengembangan skill bagi mahasiswanya. Salah satunya lewat Rumah Bibit (Belajar Itu Bebas Indah Tepat Sasaran) yang berdiri pada Maret 2014 lalu.

Dalam acara Open House Rumah Bibit (21/5), Walid menjelaskan sampai saat ini Rumah Bibit masih berada di satu lokasi saja. Yaitu di Wajak, Kabupaten Malang. Meskipun begitu, dirinya tetap optimis bisa mengantarkan rumah tersebut tersebar di berbagai pelosok nusantara bahkan ASEAN. ”Terdekat, kami akan segera membangun kerja sama dengan sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) dengan beberapa kota di Jawa Timur, seperti Malang, Blitar dan Tulungagung,” jelasnya.  

Apa fungsi Rumah Bibit? Dia memaparkan program berbasis pengabdian masyarakat ini berfungsi memfasilitasi anak-anak di daerah tertinggal maupun mereka yang putus sekolah agar bisa mengenyam pendidikan yang layak. “Tentunya biar mereka siap bersaing dan beradaptasi di era globalisasi,” ujarnya.

Di sisi lain, Rumah Bibit juga dijadikan wadah bagi mahasiswa PGMI untuk mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal dalam memahami kondisi psikologi siswa SD  maupun MI. Sehingga calon guru PGMI terbiasa menciptakan suasana pembelajaran bermakna, indah dan tepat sasaran dalam mengaplikasikan media.

Sementara Ketua Rumah Bibit Khoirul Anwar menambahkan, banyak kegiatan yang dilakukan di Rumah Bibit. Mulai mengajari anak-anak belajar mata pelajaran sekolah sampai mengajari bernyanyi. ”Kami juga sudah menyiapkan perpus di sana (lokasi Rumah Bibit). Sehingga mereka bisa membaca banyak referensi,” kata Anwar.

Anwar melanjutkan, diharapkan lewat program ini, mahasiswa PGMI akan lebih berdedikasi di dunia pendidikan. Tentunya guna menggalakkan pemerataan pendidikan di Indonesia melalui pengajaran di daerah pelosok. ”Mari bersama-sama mencerdaskan generasi bangsa, demi Indonesia yang lebih baik,” pungkanya. (dw/gung)Penulis: Dewi Nur Suci/Agung Prasetiyo