Mubtada‟ dan khabar adalah salah satu cabang pembahasan dalam ilmu nahwu. Ilmu nahwu atau tata bahasa adalah salah satu unsur bahasa yang harus disampaikan dengan metode pemelajaran yang tepat. Dengan metode yang tepat, materi yang akan diajarkan akan mudah dipahami siswa.

Pembelajaran Mubtada‟ Khabar dengan Metode Qiyasi Pada Tingkat Mutawasith

Oleh: Mohammad Sofi Anwar (Mahasiswa PBA Angkatan  2016)

 

Mubtada‟ dan khabar adalah salah satu cabang pembahasan dalam ilmu nahwu. Ilmu nahwu atau tata bahasa adalah salah satu unsur bahasa yang harus disampaikan dengan metode pemelajaran yang tepat. Dengan metode yang tepat, materi yang akan diajarkan akan mudah dipahami siswa.

Beberapa waktu lalu, saat penulis tengah Praktik Kerja Lapangan (PKL) di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Malang, penulis menerapkan metode qiyasi pada materi mubtada‟ khabar. Syaiful Mustofa dalam bukunya yang berjudul Strategi Inovatif Pembelajaran Bahasa Arab mengatakan bahwa metode qiyasi adalah metode pembelajaran nahwu yang dimulai dengan menjelaskan qowa‟id terlebih dahulu. Setelah para siswa memahami qowa‟id yang dijelaskan, mereka diinstruksikan untuk membuat contoh dari qowaid yang telah dipahami.

Sekilas metode qiyasi memang terkesan monoton dan kurang inovatif. Tetapi penulis berusaha mengombinasikan dengan strategi komunikatif. Strategi komunikatif ini dilakukan dengan memberi soal tanya jawab pada siswa. Soal tanya jawab diberikan pada tiap tahap pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menghidupkan suasana kelas, selain itu bertujuan untuk memancing partisipasi aktif siswa.

Berdasarakan apa yang diungkapkan Syaiful Musthofa, penulis mengajarkan mubtada‟ khabar diawali dengan memberi pengertian dari materi qowa‟id yang sedang dipelajari. Dalam hal ini tentunya mubtada‟ khabar. Setiap siswa harus dipastikan memahami pengertian mbubtada‟ dan khabar. Oleh karenanya, untuk memantapkan pemahaman siswa penulis bertanya kepada setiap siswa secara acak.

Setelah sebagian besar siswa memahami pengertian mubtada‟ khabar secara acak, mereka diberi penjelasan ciri-ciri dari mubtada dan khabar. Misalnya berupa fi‟il atau fa‟il juga harakat dari mubtada‟ dan khabar. Melalui harakat inilah dapat diketahui apakah jumlah yang ada berkedudukan sebagai mubtada‟ atau khabar. Setiap siswa diharapkan memahami ciri-ciri dari mubtada dan khabar, oleh karenanya para siswa ditanya secara acak mengenai ciri-ciri mubtada‟ dan khabar.

Pengertian dari mubtada‟ dan khabar sudah dipahami siswa, begitupun dengan ciri-cirinya. Barulah mereka diberi beberapa contoh jumlah singkat yang mengandung mubtada‟ dan khabar. Para siswa dipancing untuk menunjukan mana kalimat yang berkedudukan sebagai mubtada‟ dan khabar. Pada tahap ini siswa masih dipantau untuk menunjukan mubtada‟ dan khabar dari jumlah yang disediakan. Untuk memantapkan pemahaman mereka, pada tahap ini setiap siswa diberi jumlah dan diminta untuk menunjukan mubtada‟ dan khabarnya. Selanjutnya para siswa diminta untuk mengidentifikasi teks percakapan yang mengandung mubtada‟ dan khabar. Di mana teks percakapan ini sudah dibahas bersama pada pertemuan sebelumnya. Pemahaman mengenai mubtada‟ dan khabar harus dituntaskan pada tahap membuat contoh jumlah yang mengandung mubtada‟ dan khabar. Pada tahap pembuatan contoh ini para siswa akan memadukan pemahaman mereka tentang mubtada‟ dan khabar, berikut ciri-ciri yang telah diajarkan. Jika para siswa sudah memahami pengertian dan ciri-cirinya ditambah dengan tugas untuk menunjukkan mubtada‟ dan khabar, para siswa pasti bisa membuat contoh tentang mubtada‟ dan khabar. Minimal mereka bisamembuat 1 contoh di kelas, dan 5-10 contoh di rumah sebagai pekerjaan rumah (PR).