PROSPEK PENDIDIKAN IPS MENUJU INTERNATIONAL UNIVERSITY

Oleh : Drs. Nasution, M.Hum, M. Ed., Ph.D

Mengawal langkah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang menuju World Class University, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan melalui prodi PIPS menyelenggarakan kuliah tamu untuk memberikan wawasan dan semangat kepada mahasiswa prodi PIPS berkaitan dengan prospek mereka kedepan. Mengawali presentasinya, nara sumber mengemukakan, bahwa prinsipnya beliau menyemangati mahasiswa dengan membicarakan World Class University(WCU).  Kuncinya adalah ‘pertukaran’. Nampak dari fenomena ketika  dibandara, minimal bahasa Arab, Inggris dan Indonesia menjadi media informasi bagi penumpang dan yang berada didalamnya. Untuk itu skill/ketrampilan harus ditanamkan secara kuat selain pengetahuan. Interaksi yang bersifat pertukaran menjadi sarana utama sebagai awal kerja sama sosial dalam menghadapi globalisasi. Indikatornya kehadiran mahasiswa asing di UIN Maliki adalah wujud awal dari WCU.

Pentingnya melihat sejarah sebagai pendekatan Pendidikan IPS sangat perlu ditekankan.  Misalnya, keberadaan UIN ternyata juga dipengaruhi saat penjajah Belanda memfasilitasi sebuah departemen yang khusus mengatur urusan agama sehingga menjadi kemenag sekarang dan pada perkembangannya lahirlah UIN, yang  dahului dengan keberadaan pesantren dan lembaga agama yang bersifat kultural. Pendidikan IPS di UIN Maliki harus berorientasi mengembangkan pribadi yang siap dalam menghadapi globalisasi, harus memperkuat karakter diri secara induktif, kasuistik dari hal-hal yg kecil sehingga semakin lama semakin besar dan kuat. 

Asean community juga masuk  pada lingkup universitas akan menjadi satu kawasan.  Asean community adalah menyatunya dunia, Uni Eropa bahkan dunia. Intinya segala hal dapat diakses oleh semua orang dalam satu kawasan tersebut. Masalahnya dalam menghadapi ini, Indonesia memang kesiapannya masih dibawah Negara-negara kompetitornya. Menariknya justru banyak sekali anak-anak Indonesia yang sekolah di luar negeri. Hal ini merupakan point penting dalam membawa Indonesia menghadapi asean community.  Sementara itu untuk membentuk kekuatan kawasan dibutuhkan apa yang disebut time, change dan continuity dan itu harus didukung dengan kebersamaan oleh satu kawasan. Munculnya konsep kebersamaan itu didasari oleh konsep Negara kebangsaan atau dulu disebut kelompok/kumpulan orang-orang satu kawasan. Mengenai regionalism, hal yang perlu disikapi adalah memahami konsep atau teori dalam ilmu social. Seperti marxisme, strukturalisme, interaksionisme dsb. Sebagai pisau analisis membaca karakteristik kawasan, komunitas, kelompok, individu dsb.  

Memahami asean community didasari oleh mulai menyatunya dunia, suksesnya pembentukan Uni Eropa, keinginan bersama masyarakat Asean. Kemudian memasukkan masalah-masalah yang muncul didalamnya sebagai kasus penelitian ilmu-ilmu sosial. Adalah Lee Myung Hee (2012) yang mengenalkan konsep KoGloSian  (Korea-Global-Asian) dalam Global Citizenship Education di Korea yaitu konsep yang memperkenalkan identitas pertama adalah warga Korea dan kemudian menjadi warga Asia sebagai pusat tahapan sebagai warga dunia. Dilanjutkan dengan tae Yeol Seo yang menginginkan tidak hanya asean community tetapi plus Korea, Cina dan Jepang. Mengusulkan nama disamping Asean Community, juga East Asian Community atau Northeast Asian Community mengingat selama ini hubungan ekonomi, negara-negara Asia Timur (khususnya Jepang, China, dan Korea) lebih menyatu dengan Asia Tenggara. Ide ini harus dimulai dengan mengenalkan sebuah unit batas geo politik dahulu. Sehingga berkaitan dengan kondisi di atas maka pengetahuan tentang Asean Community hendaknya dapat dimasukkan ke dalam Kurikulum baru 2013, namun belum ada.

Pada kuliah tamu ini narasumber juga memaparkan beberapa fakta mengenai tanggapan masyarakat Indonesia tentang asean community antara lain:

  • Berdasarkan hasil temuan survey ada dua hal penting yang menjadi catatan yakni, pertama sebagian besar masyarakat Indonesia sudah banyak yang paham tentang pengetahuan, pemahaman, dan tujuan Asean. Namun sebagian besar dari mereka belum mengetahui tentang Asean Community yang akan diberlakukan pada Desember 2015.
  • meskipun pembentukan Asean Community bersifat Elitis, namun masyarakat menyetujui ide penerapan pembentukan itu karena manfaatnya terhadap penduduk.

Dalam akhir penjelasannya nara sumber memaparkan beberapa hal yakni:

  • Pembentukan masyarakat regional adalah merupakan trend global di dunia baru-baru ini. Pembentukan masyarakat regional Asean ini bermula dari keberhasilan masyarakat Eropa dalam membentuk Europa Union (EU). Dibanding organisasi di Negara-negara Asia Timur, Jepang, China, dan Korea lebih menyatu dengan Asean.
  • Inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh Tae Yeol Seo untuk membentuk sebuah masyarakat regional Asean yang lebih luas, dengan nama  apakah Masyarakat Asean (Asean Community), Masyarakat Asia Timur, atau Masyarakat Asia Timur Laut.
  • Dalam hal ini nama Asean Community adalah lebih pas digunakan dari pada Asia Timur Community atau Asia Timur Laut Community.
  • Dari beberapa alasan itu sangat ironis bila dalam kurikulum IPS di Indonesia belum dibahas mengenai Asean Community.

Perubahan dari negara kebangsaan kedalam regionalism perlu pengembangan pengkajian terus menerus guna menyongsong era baru agar penyatuan regional lebih dapat terwujud secara dinamis dan dalam suasana damai. Penulis: admin