FITK NEWS – Prestasi tiga mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang patut diacungi jempol. Adalah Retno Sugiarti, Dearga Sukaria, Fitria Wahyuningsih kembali mengharumkan nama kampus dengan meraih juara 1 pada ajang Diklat Nasional (Diklatnas) dan Lomba Karya Tulis Nasional (LKTN) Ikatan Lembaga, Penalaran dan Penelitian  Mahasiswa Indonesia (ILP2MI), 9-11 Maret 2015 di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tiga mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut mempresentasikan produk yang kreatif dan inovatif di ajang Diklatnas dan LKTN ILP2MI. Karya fenomenal itu berjudul Monokida dalam Pembelajaran Akidah Akhlak dengan Model Pembelajaran Tic-Tac-Pic (Studi Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bidang Studi Akidah Akhlak).

Retno Sugiarti menjelaskan, Monokida adalah kepanjangan dari Monopoli Akidah Akhlak. Apa bedanya dengan permainan monopoli pada umumnya? Retno memaparkan jika Monokida yang dibuatnya secara konsep hampir sama dengan permainan monopoli, namun ada beberapa perbedaan. Di antaranya angka yang ada di setiap kotak diganti dengan angka berbahasa Arab. Kemudian setiap kotak mempunyai warna berbeda. ”Ada beberapa warna di Monokida, yaitu cokelat, merah, kuning, hijau tua, biru dan ungu,” jelas mahasiswi semester 4 ini.

Tak hanya itu, setiap warna juga berisi enam komik (gambar dan cerita). Mengenai tema apa yang ada dalam komik? Dearga Sukaria menjelaskan bahwa tema yang diambil tentang akhlak terpuji dan tercela pada mata pelajaran Akidah Akhlak untuk siswa kelas VII.

”Setiap warna berisi komik. Isinya tentang sifat taubat, taat, ikhlas, khouf, riya’ dan nifaq. Tugas peserta adalah menebak cerita dalam komik tersebut, termasuk akhlak yang mana,” jelas mahasiswi yang ahli mendesain ini.

Dia berkisah, cerita dalam komik awalnya tentang mata pelajaran (mapel) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Mengingat monopoli sifatnya acak, maka sangat sulit jika belajar sejarah dengan acak. Sebab belajar sejarah harus runtut dari satu bab ke bab selanjutnya. ”Makanya pelajaran Akidah Akhlak yang kami pilih. Alasannya karena tidak membutuhkan keruntutan seperti mapel SKI,” ujarnya.

Sementara itu Fitria Wahyuningsih menambahkan, persiapan untuk membuat karya tulis tidak lama, yaitu hanya sekitar 2 minggu saja. ”Untuk mengejar deadline penulisan, setiap hari kami kumpul untuk membahas project apa yang harus diselesaikan,” tuturnya.

Mahasiswi yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) itu menceritakan, sebelum karya dilombakan, kelompoknya mempresentasikannya terlebih dahulu di depan pengurus UKM LKP2M. Tujuannya untuk mengetahui seberapa bagus karya yang dibuat. ”Di UKM, Kami di cecar banyak pertanyaan. Ternyata cecaran tersebut bisa membuat kami lebih siap untuk mengikuti lomba,” ucapnya.

” Setiap orang asalkan tidak banyak alasan untuk berkarya dan mau kerja keras pasti bisa. Kami telah membuktikannya,” lanjutnya.

Mendengar kabar tersebut, Dekan FITK Dr H. Nur Ali MPd sangat salut dan bangga dengan prestasi yang telah diraih oleh mahasiswanya tersebut. Untuk mengikuti jejak mereka, dirinya mengimbau agar para dosen dan mahasiswa gencar melakukan penelitian. ”Apalagi sekarang kan ada penelitian kompetitif yang digelar oleh FITK. Lewat ajang ini ayo jadikan kampus kita menjadi research university,” ajaknya. (gung)Penulis: Agung Prasetiyo